Bobo.id – Pernahkah teman-teman merasa berada dalam situasi atau lingkungan yang baru, tapi rasanya pernah mengalami hal serupa sebelumnya?
Hal ini disebut sebagai deja vu. Dalam bahasa Perancis, deja vu berarti sudah terlihat. Lalu, apa yang membuat kita mengalami deja vu, ya? Apakah kita punya indra keenam?
Menurut ahli, 70 persen populasi manusia pernah mengalami hal ini. Orang yang paling sering mengalaminya berada dalam rentang usia 15-25 tahun.
Meski dialami banyak orang, deja vu sulit dipelajari. Para ahli hanya dapat memberikan beberapa teori untuk ini.
Baca Juga : Selain Membuat Bahagia, Tertawa Juga Bisa Membuat Ingatan Tetap Kuat
Memori Tidak Berfungsi
Para ahli atau ilmuwan pernah menjelaskan bahwa deja vu adalah semacam gangguan sirkuit jangka panjang dan jangka pendek di otak.
Maksudnya, informasi baru dapat mengambil jalan pintas langsung ke ingatan jangka panjang.
Dengan kata lain, ini melompati cara yang biasanya digunakan otak untuk menyimpan informasi. Jadi, rasanya kita mengalami sesuatu dari masa lalu.
Deja vu juga bisa dikaitkan dengan korteks rhinal, yaitu area otak yang membuat kita merasa akrab. Sayangnya, belum diketahui bagaimana mengaktifkan area ini tanpa memicu area lain terkait memori.
Itulah mengapa sangat sulit untuk menentukan apa yang terasa akrab dengan deja vu. Sebab, rasa akrab itu biasanya samar, tidak khusus pada benda atau orang.
Baca Juga : Tak Bisa Melihat dengan Jelas, Nenek McNeil Melukis dengan Ingatannya
Kenangan Palsu
Teori lain dari deja vu adalah bahwa perasaan ini diawali oleh kenangan palsu.
Kenangan palsu di sini maksudnya adalah kita sebenarnya tidak mengalami kejadian ini di dunia nyata, melainkan melihat kejadian di film atau video yang mirip dengan yang sedang kita alami.
Peneliti bernama Akira O'Connor pun menyebut bahwa kenangan palsu mungkin tidak dapat disalahkan. Sebagai gantinya, bisa jadi itu adalah tanda otak sedang memeriksa memori.
Untuk mengetahui hal itu, ia mengamati otak dari 21 peserta. Para peserta diminta melakukan serangkaian tes umum untuk memicu kenangan palsu.
Para peneliti memberi peserta daftar kata-kata terkait, seperti kasur, malam, tidur sebentar, dan tidur siang.
Ketika para peserta ditanya tentang kata sesudahnya, mereka cenderung memberi kata-kata yang terkait dengan apa yang pernah mereka dengar, dalam hal ini tidur.
Untuk mencoba menciptakan perasaan deja vu, para peneliti bertanya pada peserta apakah mereka mengetahui kata yang di awali huruf t.
Para peserta menjawab tidak tahu. Namun ketika para peneliti bertanya tentang kata tidur, peserta ingat bahwa mereka mungkin pernah mendengarnya, tapi rasanya sama semua.
Baca Juga : Ingin Punya Ingatan yang Kuat? Sering-seringlah Menulis Tangan
Dalam penelitian ini, tim berharap melihat area otak terkait dengan memori (hippocampus) menyala. Sayangnya, itu tidak terjadi.
Karena itu, Akira O'Connor berpikir bahwa daerah frontal otak bisa membalik-balik ingatan kita.
Area ini mengirimkan sinyal jika ada ketidakcocokan antara apa yang kita pikir telah dialami dengan apa yang sebenarnya.
Penulis: Resa Eka Ayu Sartika
Lihat juga video ini, yuk!
Tidak Hanya Terbang di Siang Hari, Apakah Mendaratkan Pesawat di Malam Hari Itu Sulit?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR