Bobo.id - Di Jakarta, ada sebuah kabupaten administrasi, yaitu Kabupaten Kepulauan Seribu yang sering didatangi para wisatawan, nih, teman-teman.
Sesuai namanya, di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu ini terdapat banyak pulau kecil, salah satunya adalah Pulau Onrust.
Pulau Onrust ternyata sudah digunakan sejak masa penjajahan Belanda dan menjadi pusat bongkar muat kapal dan galangan kapal VOC.
Sebelum digunakan oleh VOC, Pulau Onrust digunakan sebagai tempat istirahat oleh para raja-raja Banten.
Baca Juga : Abdul Muis, Pahlawan Nasional yang Pernah Menjadi Penulis
Tapi kemudian Kerajaan Banten dan Jayakarta memperebutkan pulau ini dan tidak ada upaya penyelesaian, nih, dari kedua pihak.
Jayakarta merasa memiliki Pulau Onrust karena lokasinya dekat, yaitu di hadapan Kota Jayakarta.
Banten juga merasa mempunyai hak atas pulau ini karena seluruh Kepulauan Seribu adalah bagian dari teritorial kekuasaannya.
Belanda kemudian datang dan mencoba memonopoli perdagangan di Banten, tapi usahanya gagal, teman-teman, dan Belanda beralih ke Jayakarta.
Pada tahun 1610, Belanda meminta izin pada Pangeran Jayakarta untuk menggunakan Pulau Onrust dan akhirnya diizinkan untuk mengambil kayu membuat kapal di pulau tersebut.
Akhirnya pada tahun 1613, Pulau Onrust menjadi galangan kapal besar dan kecil, selain itu, berbagai fasilitas juga dibangun di sini, lo.
Ada benteng, menara pengawas, penjara, markas, barak serdadu, rumah sakit, kincir angin, dan berbagai bangunan lainnya.
Bahkan dulu Pulau Onrust menjadi lokasi pemberangkatan jemaah haji dari Indonesia menuju Arab Saudi, teman-teman.
Baca Juga : Misteri Penerbangan Segitiga Bermuda, Kisah Pesawat yang Hilang
Yap, dulu teknologi pesawat belum maju, teman-teman, sehingga jemaah haji harus pergi ke Arab Saudi melalui jalur laut menggunakan kapal.
O iya, Pulau Onrust ini dalam bahasa Belanda berarti "tak pernah beristirahat", lo.
Pulau ini diberi nama Onrust karena aktivitas yang tidak berhenti berlangsung di Pulau Onrust ini, teman-teman.
Selain itu, Pulau Onrust juga disebut sebagai "Pulau Kapal" karena banyak kapal yang berlabuh di sana saat pendudukan Belanda.
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR