Dikhawatirkan retakan ini bisa menyebabkan terjadinya longsor karena kondisi bawah laut Gunung Anak Krakatau terdapat jurang di sisi barat hingga selatan.
Bagian badan gunung yang diduga longsor karena retakan tersebut bervolume 67 juta kubik dengan panjang sekitar satu kilometer.
Volume tersebut lebih kecil dari longsoran yang menyebabkan tsunami pada 22 Desember lalu, yakni sekitar 90 juta kubik.
Baca Juga : Bagaimana Lava dalam Gunung Berapi Terbentuk dan Mengapa Ia Panas?
BMKG berharap masyarakat waspada terhadap potensi adanya tsunami.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tetap berada di zona 500 meter di sekitar pantai.
BMKG juga sudah memasang alat berupa sensor pemantau gelombang dan iklim untuk terus memantau keadaan terkini Gunung Anak Krakatau.
Alat sensor ini dipasang di pulau paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau, yakni di Pulau Sebesi.
Oleh karena itu, teman-teman yang berada lokasi dekat Gunung Anak Krakatau agar selalu waspada, ya.
Baca Juga : Begini Proses Terbentuknya Tsunami yang Diakibatkan Erupsi Gunung Anak Krakatau
Lihat juga video ini, ya!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR