Pada saat itu, Paman Chang yang terbangun dari tidur, mencari-cari Hsiu. Ia tiba di kapal tempat adu ayam itu. Ia terkejut melihat Hsiu ikut adu ayam.
“Apa yang kau lakukan, Hsiu? Ibumu akan marah kalau tahu perbuatanmu!” marah Paman Chang. Ia menarik tangan keponakannya untuk kembali ke kapal mereka.
Sementara itu, pria berjubah merah keemasan itu sangat kesal karena kalah adu ayam. Ia menyesal telah menjual kapalnya. Diam-diam, ia ingin merampas uang perak yang telah ia berikan pada Hsiu untuk menebus kapalnya lagi.
Diam-diam, pria berjubah merah keemasan itu mengikuti Hsiu dan Paman Chang. Ia mencari waktu yang tepat untuk menyerang Hsiu yang bertubuh kecil, dan Paman Chang yang sudah tua itu.
Baca Juga : Berawal dari Sahabat Pena, Akhirnya Menjadi Sahabat di Dunia Nyata
Akan tetapi, selama membuntuti mereka, pria berjubah emas itu mendengarkan nasihat Paman Chang pada Hsiu. Pria itu akhirnya tahu, kalau Hsiu bernama Jen Hsiu. Ia putra Jen Chien Chih.
Pria berjubah merah keemasan itu akhirnya berhenti melangkah. Tubuhnya kaku dan tak bisa bergerak. Ia teringat pada teman seperjalanannya di masa lalu. Temannya yang telah ia khianati setelah meninggal dunia. Teman yang mayatnya tidak ia antarkan ke keluarganya.
Pria berjubah merah itu tak lain adalah Shen Chu Ting. Ternyata, Hsiu mendengar nama Shen Chu Ting disebut sebagai salah satu peserta adu ayam. Hsiu sengaja kembali ke kapalnya dan mengambil ayamnya, untuk bertarung dengan Shen Chu Ting. Kini, Hsiu telah memberikan pelajaran pada Shen Chu Ting, karena telah berkhianat pada ayahnya. Hsiu sungguh tak menyangka akan bertemu dengan Shen Chu Ting di kapal itu.
Baca Juga : Dongeng Anak: Putri dari Hutan Bambu
Hsiu memutuskan untuk tidak mengejar Shen Chu Ting lebih jauh. Ia sudah cukup puas mendapatkan kembali uang yang dibawa ayahnya dulu, 200 koin perak. Kini Hsiu bekerja sungguh-sungguh membantu Paman Chang berdagang. Mereka pergi ke daerah utara bersama-sama.
Di akhir tahun itu, keuangan Hsiu dan pamannya telah bertambah lima kali lipat. Hsiu berdagang dengan jujur dan tak pernah mengadu ayam lagi. Ia menjadi orang terkaya di provinsi tempat ia tinggal. Ibu dan adik-adiknya kini hidup berkelimpahan.
Baca Juga : Cergam Bobo: Belajar Memasak
Jangan lupa tonton juga video berikut ini, ya!
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR