Sudah lewat tengah malam. Suasana di villa yang diapit oleh hutan rimbun itu terasa sangat sepi. Namun... di antara kegelapan malam itu... tiba-tiba saja terdengar alunan bunyi gitar. Bunyi gitar itu mengalun sendu. Kadang-kadang melengking, kadang-kadang mendayu-dayu. Membuat setiap orang yang mendengarnya merinding...
"Langsung saja kita panggil pengusir hantu!" kata Ota menggebu-gebu. "Ota enggak bisa tidur semalaman karena takut mendengar suara itu!"
Taras mengusap-usap dagunya sambil berpikir keras. "Aku rasa suara itu bukan suara hantu. Lebih baik kita selidiki dulu. Bisa saja suara itu berasal dari satu tempat... villa sebelah misalnya!"
Luna manggut-manggut setuju, "Taras betul! Aku tak percaya suara itu suara hantu. Kayaknya... suara itu berasal dari sebelah! Mendingan kita ke sana dan tanya!" Geng LOTRIA yang lain mengangguk setuju.
"Yuuk!" ajak Kiria.
Villa itu hampir sama luasnya dengan villa Taras. Walaupun tampak lebih sepi dan tak berpenghuni. Ota melompat, menekan bel yang terpasang di samping pintu masuk.
"Siapa?" suara itu terdengar, disusul dengan kemunculan seorang anak laki-laki seusia Taras yang berkulit putih pucat. Anak itu menatap Geng LOTRIA dengan heran.
Kiria yang pertama kali tersenyum. "Halo! Maaf mengganggu... Kenalkan! Aku Kiria! Dan ini Luna... Ota... dan Taras!" Kiria menjabat tangan anak laki-laki itu erat.
"Edo," sahut anak laki-laki itu sambil menyalami Geng LOTRIA satu persatu. "Ada apa, ya?" tanyanya kemudian.
"Begini... Kebetulan kami sedang menginap di villasebelah. Dan sudah dua malam ini kami mendengar bunyi lantunan gitar... Apa memang ada yang senang bermain gitar di rumah ini?" tanya Luna langsung.
Anak itu menatap Geng LOTRIA bergantian. Wajahnya agak menegang.
"Siapa yang menyebut-nyebut bermain gitar?!" suara galak itu terdengar menggelegar dari dalam rumah.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR