Bobo.id - Hei teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu kelanjutan cerita misteri hari ini.
Cerita misteri hari ini bercerita tentang Jen & Hsiu.
Yuk, kita baca cerita misteri hari ini.
-----------------------------------------
Baca Juga : Cerpen Anak: Antara Nenek Getah Jarak & Sakit Gigi
Kapal-kapal yang masuk ke pelabuhan itu, harus diperiksa muatannya. Jadi, Hsiu dan pamannya harus menunggu antrian kapal. Barang dagangan pamannya belum bisa diturunkan.
Malam itu, Hsiu tak bisa tidur di kapal. Suasana pelabuhan begitu ribut. Suara ribut itu datang dari sebuah kapal di dekat kapal yang Hsiu tumpangi. Suara teriakan orang orang, bunyi uang bergemerincing, dan suara ayam. Ternyata, ada yang adu ayam di dekat situ.
Baca Juga : Cerita Misteri: JEN HSIU
Baca Juga : Dongeng Anak: Gadis Penyapu Awan
Hsiu jadi teringat pada kebiasaannya adu ayam di masa lalu. Ketika semua tertidur lelap, ia menyelinap turun dari kapalnya, dan pergi ke kapal yang ribut itu. Ia mengintip pertandingan adu ayam dan para penonton tampak seru. Di antara penonton, ada beberapa orang yang akan ikut adu ayam juga. Mereka memegang ayam masing-masing.
Setelah puas menonton, Hsiu bermaksud kembali ke kapalnya untuk tidur. Namun, tiba-tiba ia mendengar sebuah nama disebut sebagai peserta adu ayam. Mendengar nama itu, Hsiu jadi teringat masa lalu. Ia melihat, pemilik nama itu memakai jubah merah keemasan yang indah. Sepertinya ia cukup kaya.
Hsiu segera berlari kembali ke kapalnya. Namun bukan untuk tidur. Hsiu mengambil ayamnya dan datang kembali ke kapal tempat adu ayam itu.
Baca Juga : Cerita Paman Kikuk, Husin, dan Asta: Di Pasar Malam
Hsiu meminta bergabung dan diijinkan. Ayam Hsiu bertarung dengan sangat berani. Tak lama kemudian, ayam itu sudah mengalahkan ayam-ayam lainnya. Akhirnya, tinggal satu lawan yang harus dihadapi ayam Hsiu. Dialah pria yang berjubah merah keemasan.
“Kalau ayamku menang, kau harus memberiku 200 koin perak!” tantang Hsiu.
Pria berjubah merah keemasan itu menerima tantangan Hsiu. Ia yakin ayamnya bisa menang. Maka, kedua ayam mereka pun bertarung. Ternyata, ayam Hsiu yang menang. Namun, pria itu ternyata sudah berhari-hari berjudi. Ia telah kalah banyak. Karena itu, ia tak punya uang sebanyak 200 koin perak. Maka, pria berjubah merah keemasan itu terpaksa menjual kapalnya. Ia lalu menyerahkan 200 koin perak pada Hsiu.
Baca Juga : Dongeng Anak: Kuma Memancing Ikan
Pada saat itu, Paman Chang yang terbangun dari tidur, mencari-cari Hsiu. Ia tiba di kapal tempat adu ayam itu. Ia terkejut melihat Hsiu ikut adu ayam.
“Apa yang kau lakukan, Hsiu? Ibumu akan marah kalau tahu perbuatanmu!” marah Paman Chang. Ia menarik tangan keponakannya untuk kembali ke kapal mereka.
Sementara itu, pria berjubah merah keemasan itu sangat kesal karena kalah adu ayam. Ia menyesal telah menjual kapalnya. Diam-diam, ia ingin merampas uang perak yang telah ia berikan pada Hsiu untuk menebus kapalnya lagi.
Diam-diam, pria berjubah merah keemasan itu mengikuti Hsiu dan Paman Chang. Ia mencari waktu yang tepat untuk menyerang Hsiu yang bertubuh kecil, dan Paman Chang yang sudah tua itu.
Baca Juga : Berawal dari Sahabat Pena, Akhirnya Menjadi Sahabat di Dunia Nyata
Akan tetapi, selama membuntuti mereka, pria berjubah emas itu mendengarkan nasihat Paman Chang pada Hsiu. Pria itu akhirnya tahu, kalau Hsiu bernama Jen Hsiu. Ia putra Jen Chien Chih.
Pria berjubah merah keemasan itu akhirnya berhenti melangkah. Tubuhnya kaku dan tak bisa bergerak. Ia teringat pada teman seperjalanannya di masa lalu. Temannya yang telah ia khianati setelah meninggal dunia. Teman yang mayatnya tidak ia antarkan ke keluarganya.
Pria berjubah merah itu tak lain adalah Shen Chu Ting. Ternyata, Hsiu mendengar nama Shen Chu Ting disebut sebagai salah satu peserta adu ayam. Hsiu sengaja kembali ke kapalnya dan mengambil ayamnya, untuk bertarung dengan Shen Chu Ting. Kini, Hsiu telah memberikan pelajaran pada Shen Chu Ting, karena telah berkhianat pada ayahnya. Hsiu sungguh tak menyangka akan bertemu dengan Shen Chu Ting di kapal itu.
Baca Juga : Dongeng Anak: Putri dari Hutan Bambu
Hsiu memutuskan untuk tidak mengejar Shen Chu Ting lebih jauh. Ia sudah cukup puas mendapatkan kembali uang yang dibawa ayahnya dulu, 200 koin perak. Kini Hsiu bekerja sungguh-sungguh membantu Paman Chang berdagang. Mereka pergi ke daerah utara bersama-sama.
Di akhir tahun itu, keuangan Hsiu dan pamannya telah bertambah lima kali lipat. Hsiu berdagang dengan jujur dan tak pernah mengadu ayam lagi. Ia menjadi orang terkaya di provinsi tempat ia tinggal. Ibu dan adik-adiknya kini hidup berkelimpahan.
Baca Juga : Cergam Bobo: Belajar Memasak
Jangan lupa tonton juga video berikut ini, ya!
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR