Bobo.id – Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak spesies khas di setiap daerah.
Seperti Komodo di Nusa Tenggara Timur, burung Cendrawasih di Papua atau Harimau Sumatera di pulau Sumatera.
Nah, selain anoa, Sulawasi juga memiliki primata khas bernama kera hitam Sulawesi.
Masyarakat setempat menamai primata ini kera hitam dare. Kera bernama latin Macaca maura ini mudah ditemui di Sulawesi Selatan.
Baca Juga : Cara Mudah dan Seru Menggambar Sekaligus Mewarnai Kepala Monyet
Habitat kera hitam Sulawesi ada di kepulauan kecil, hutan, atau tanah berumput.
Kera ini juga berkeliaran di sepanjang jalan poros Maros-Bone, di kawasan cagar alam Karaenta, Kabupaten Maros, sekitar 45 kilometer dari kota Makassar.
Kera hitam sering bergerombol di tepi jalan menanti pengendara memberikan makanan.
Memiliki Kepala Suku
Kera hitam Sulawesi memiliki warna bulu cokelat, hitam, atau putih. Mereka hidup secara kelompok.
Setiap kelompok terdiri atas 9 sampai 25 ekor. Setiap kelompok memiliki "kepala suku" atau ketua untuk memimpin.
Ketua berasal dari kera jantan yang paling tua di dalam kelompok dan terseleksi melalui pertarungan di kawanannya. Kepala suku menentukan pergerakan kelompok.
Baca Juga : Benarkah Monyet Suka Pisang? Cari Tahu Fakta Monyet dan Pisang, yuk!
Kera hitam menyukai buah, daun, dan serangga sebagai makanan. Saat mencari makanan biasanya di pimpin oleh kepala suku dan diikuti anggota lain.
Bila menemukan pohon yang sedang berbuah, mereka akan bekerja sama seperti meloncat di antara dahan pohon untuk mengambil buah yang diinginkan.
Apabila ada dua kelompok kera berdekatan di tempat makan, maka kelompok yang terakhir datang harus menunggu sampai kelompok lain pergi dari tempat itu, tanpa adanya perkelahian. Keren, ya!
Cara Berkomunikasi yang Unik
Kera hitam Sulawesi memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan kera jenis lain karena memiliki otak yang lebih kompleks atau lebih rumit.
Dalam hal berkomunikasi kera hitam ini cukup unik. Mereka berkomunikasi dengan kelompoknya melalui teriakan.
Seorang peneliti asal Inggris bernama Estes mengatakan bila kera hitam Sulawesi merapatkan gigi dan menggertakannya berulang kali menandakan agar lawan bicaranya mundur.
Bila mereka membuka mulutnya lebar-lebar pertanda ada sebuah ancaman.
Suara mereka paling unik dibanding dengan monyet Sulawesi lainnya.
Baca Juga : Warna Bulu Monyet Hitam di Kosta Rika Berubah Jadi Kuning, Kenapa, ya?
Panggilan keras dari kepala suku seperti mengeluarkan suara burung (pi…pi…pi…) mengartikan adanya informasi mengenai lokasi dan arah pergerakan dalam kelompok.
Bila mereka bertemu dengan kelompok kera lain maka akan bersuara seperti hentakkan ‘Ha’ atau ‘Ga’.
Bila suara itu terdengar maka anggota kelompok akan melakukan perintah dari pemimpin kelompok.
Namun bila kera hitam Sulawesi tertangkap oleh pemangsa, mereka akan bersuara menyerupai gonggongan anjing.
Terancam Punah
Sayangnya, kera asal Sulawesi Selatan ini tergolong hewan yang terancam punah, nih, teman-teman.
Kera betina hanya melahirkan sampai keturunan kedua, setelah itu reproduksi mereka berhenti. Artinya, mereka tidak bisa punya anak lagi.
Hal itu membuat populasi kera menjadi langka dan jumlah mereka semakin mengalami penurunan akibat perburuan liar dan rusaknya hutan sebagai habitat mereka.
Baca Juga : Mandala Suci Wenara Wana, Hutan Monyet di Ubud
Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa kera hitam Sulawesi masuk dalam satwa yang dilindungi. Bahkan status konservasi spesies ini juga dikategorikan kritis sejak tahun 2008.
Sejak tahun 1998 populasi kera ini semakin mengalami penurunan, akibat perburuan liar dan rusaknya hutan sebagai habitat mereka.
(Penulis: Jonathan Alfrendi)
Lihat juga video ini, yuk!
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR