Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini, ya?
Cerpen anak hari ini berjudul Teng Beng Sin.
Yuk, langsung saja kita baca cerpen anak hari ini!
-------------------------------------
Baca Juga : Cerpen Anak: Tong Gendut
“Wah, celana olahragaku ketinggalan di bangku sekolah!” keluh Ana ketika sudah tiba di rumah.
“Aaah kamu!” kata Cici, kakaknya. “Biasa deh, lalai! Pasti hilang! Mulai sore ini sekolah kita ‘kan dipakai murid-murid SD Luhur II yang gedungnya kebakaran. Rasakan kamu dimarahi Mama. Blabla- bla…”
Baca Juga : Wah, Ada Pembawa Berita dengan Kecerdasan Buatan dari Tiongkok!
Bla-bla-bla itu tidak perlu dituliskan selengkapnya di sini, ya! Soalnya membosankan, saking sering kita dengar saat mengalami hal yang sama dengan Ana.
Keesokan harinya, eh….ternyata celana olahraga Ana masih ada. Hati Ana senang. Terima kasih, Tuhan!
Baca Juga : Jangan Sampai Salah, Ini 5 Mitos dan Fakta tentang Sambaran Petir
Cuma saja celana itu tidak terlipat rapi di bangku seperti ketika ditinggalkan, melainkan dibeber di atas meja.
Dibeber! Pekerjaan siapa ini? Di atasnya ada kertas bertuliskan: Hei, pemilik celana! Sekali lagi celana bau ini ditinggalkan, aku tempel di papan tulis! Teng Beng Sin
Baca Juga : Rajin Minum Susu Akan Menambah Tinggi Badan Kita atau Tidak, ya?
“Huh! Kurang asem si Teng Beng Sin,” pikir Ana. “Celanaku dikatai bau!” Ia jadi mengendus-endus celananya.
Ah, tidak bau! Ehm…Cuma sedikit, bekas dipakai menyeka jarinya yang berlepotan keju pizza kemarin.
Baca Juga : Yuk, Cari Tahu Tentang Alergi Makanan yang Sering Menyerang Anak-Anak
“Apa sih? Apa sih?” tanya Nosy, yang selalu ingin tahu urusan orang lain. Ana memperlihatkan surat itu dan menjelaskan duduk perkara. Anak-anak perempuan lain menimbrung. Mereka ikut membaca surat dan mengendus-endus celana olahraga Ana.
“Mh! Bau!”
“Memang benar bau!”
Baca Juga : Ini Dia, Penyebab Bunyi Kentut Manusia Berbeda-beda #AkuBacaAkuTahu
“Sedikit, kok!” bantah Ana. Menyesal dia memperlihatkan surat si Teng Beng Sin.
“Namanya aneh! Laki-laki apa perempuan, ya?” Karina menduga-duga.
“Pasti laki-laki!” jawab Latifa yang semua saudaranya laki-laki.
Baca Juga : Ingin Jadi Pesepak Bola Profesional dan Masuk Timnas? Ini Syaratnya
“Ih, tetanggaku yang namanya mirip begitu, perempuan!” bantah Rita Topan yang sok tahu.
“Pasti nama palsu!” kata Nurul yang rumahnya berdekatan dengan pompa bensin. “Kakekku kalau menyebut tangki bensin ‘kan: teng bengsin!”
“Ayo kita balas!” ajak Indah.
“Pakai nama samaran Ratu Tiwul,” usul Ninuk.
Baca Juga : Ingin Jadi Pesepak Bola Profesional dan Masuk Timnas? Ini Syaratnya
“Tiwul itu makanan dari tepung gaplek!” Begitulah, beramai-ramai mereka mengarang surat.
Hei, Teng Beng Sin! Siapa suruh menciumcium celanaku? Sudah nebeng bangkuku, eh menghina lagi!
Ratu Tiwul
Baca Juga : Mengapa Ada Obat yang Ditelan dan Ada Obat yang Disuntikkan?
Keesokan harinya, Teng Beng Sin menjawab:
Hei, Tiwul! Tidak dicium pun celanamu baunya kemana-mana. Idih, memang bangkumu? Bangku SD Luhur I, lagi!
Begitulah mereka berbalas-balasan, saling mengejek. Lama-kelamaan, semua bosan. Kecuali Ana yang terus bersurat-suratan dengan Teng Beng Sin.
Baca Juga : Fakta Seru Buku, Ada yang Seberat 1.500 Kilogram, lo! #AkuBacaAkuTahu
Tidak terasa, mereka tidak saling mengejek lagi. Contoh bunyi surat mereka:
“Awas, di kelasku ada wabah kutu rambut! Ini buktinya”. Pada surat itu, dua ekor bangkai kutu rambut direkat dengan selotip. Balasannya berbunyi:
“Yah, ngirim kok cuma dua ekor. Mati, lagi! Temanku pesan 6 jantan dan 6 betina yang masih hidup, untuk diternakkan di kepalanya!”
Baca Juga : Kenapa Bendera Kuning Dijadikan Simbol Kematian di Indonesia, ya?
Kemudian gedung SD Luhur II selesai dibangun. Pada hari terakhir Teng Beng Sin menempati bangku yang sama dengan Ana, ia menulis.
Tiwul, besok kamu hadir di pesta perpisahan SD Luhur I dan II? Aku ingin bertemu. Aku tunggu pukul 7.00 di bangku kita ini.
Teng Beng Sin.
Baca Juga : Seberapa Jauh Terbangnya Pesawat Kertas yang Memecahkan Rekor?
Ana merasa terharu. Keesokan harinya, sebelum pukul 7.00 ia sudah duduk di bangkunya. Ana selalu membayangkan Teng Beng Sin sebagai anak perempuan berkulit kuning langsat, berambut lurus.
Sementara itu, anak yang mengaku bernama Teng Beng Sin, membayangkan Ratu Tiwul sebagai anak perempuan berambut ikal tebal, bermata besar.
Baca Juga : Benarkah Semua Benda Berwarna Merah Menjadi Penyebab Banteng Marah?
Pagi itu, dua orang anak perempuan bertemu di kelas. Yang seorang memang berambut ikal, bermata besar. Yang seorang lagi berkulit langsat, berambut lurus. Sejenak mereka canggung, lalu saling tersenyum.
“Hei! Aku Retno alias Teng Beng Sin!”
“Hei! Aku Ana si Ratu Tiwul!”
Baca Juga : Ada Orang yang Fobia Jarum Suntik, Kenapa, ya? #AkuBacaAkuTahu
Kamu tahu siapa yang berambut lurus? Bukan! Bukan Teng Beng Sin, tapi Ana si Ratu Tiwul. Teng Beng Sin alias Retno berambut ikal.
Keduanya lalu tertawa-tawa dan sejak itu bersahabat karib. Tuh mereka, tuh! Sedang berenang sambil cekikikan. Tidak heran kalau air kolam tertelan setengah liter.
Baca Juga : Gurun Atacama, Tempat Terkering di Bumi Tiruan Planet Mars
Cerita oleh: Helen Ishwara. Ilustrasi: Agus
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR