Bobo.id - Saat mendengar hewan bernama bunglon, apa yang langsung teman-teman bayangkan?
Pasti teman-teman akan membayangkan hewan yang bsia mengubah warna kulitnya sesuai dengan tempat mereka berada saat itu.
Kemampuan mengubah warna kulit ini dimiliki oleh bunglon sebagai salah satu caranya berkamuflase dari predator yang menyerangnya.
Selain sebagai cara untuk berkamuflase, perubahan warna kulit bunglon disebabkan oleh hal lain, nih, teman-teman.
Baca Juga : 5 Cara Agar Kucing Mau Minum Lebih Banyak, Pernah Coba?
Bunglon juga akan mengubah warna kulitnya tergantung dengan suasana hatinya saat itu, lo.
Yap, bunglon bsia dengan cepat mengubah warna untuk merespons keadaan suhu, lingkungan, dan mood atau suasana hati mereka.
Warna kulit yang dimiliki oleh manusia dan hewan berasal dari pigmen dalam tubuh, tapi perubahan warna yang terjadi pada bunglon bukan karena pigmen, lo.
Pada lapisan kulitnya, bunglon memiliki sebuah material berukuran sangat kecil yang disebut nanokristal.
Nanokristal Membentuk Spektrum Warna
Nanokristal merupakan material berukuran nano atau sangat kecil yang berada di kulit bunglon dan bisa memantulkan cahaya.
Selain memantulkan cahaya, perubahan ruang di antara kristal pada kulit bunglon juga akan mengubah cahaya yang dipantulkan ke mata kita, lo.
Bunglon bisa mengatur jarak antara nanokristal dalam kulitnya dan memantulkan cahaya yang membentuk sebuah spektrum atau rangkaian warna.
Baca Juga : Laba-laba Bisa Merayap di Dinding, Bagaimana Cara Ia Melakukannya?
Perubahan warna kulit pada bunglon tidak hanya disebabkan oleh nanokristal, lo, tapi juga karena adanya beberapa lapis sel yang membentuk susunan kulit.
Lapisan Sel Mengubah Warna Kulit Bunglon
Sel yang terbentuk di kulit bunglon bertugas untuk melakukan hal penting untuk mengubah warna kulit mereka.
Nah, sel-sel ini bisa melakukan penyusutan maupun pembesaran yang membuat kita bisa melihat perubahan warna kulitnya.
Pembesaran sel bunglon terjadi dalam ukuran yang sangat kecil, yaitu 150 mikron atau sama dengan dua kali diameter rambut manusia.
Ada 5 sel-sel yang membentuk perubahan warna bunglon, nih, teman-teman.
Pertama, sel bernama xanthophores yang mengandung pigmen kuning, lalu ada sel erythrophore yaitu sel warna merah yang biasanya ada di pola garis tubuh bunglon.
Sel ketiga yaitu melanophore merupakan melanin yang berada di dalam sel dan bisa bergerak ke atas saat bunglon sedang menunduk dan bergerak ke bawah saat bunglon sedang bersemangat.
Baca Juga : Mungkinkah Hewan Ingat dengan Kakek dan Neneknya? #AkuBacaAkuTahu
Selanjutnya adalah sel-sel yang mengandung nanokristal yaitu iridophores. Terakhir adalah nanokristal transparan yang terbuat dari DNA dan membentuk pembatas antar warna.
Nah, kulit bunglon bisa mengalami perubahan warna karena perpaduan dari ruang antar nanokristal, ketebalan, jarak, dan pembiasan warna.
Kulit Bunglon Berubah Sesuai Suasana Hati
Selain untuk bersembunyi dari musuhnya, kulit bunglon juga bisa berubah sesuai suasana hati, nih, teman-teman.
Ketika mengalami hal yang kurang menyenangkan, warna kulit bunglon akan berubah menjadi warna gelap.
Misalnya saat teman-teman melihat ada bunglon yang kalah dalam sebuah pertarungan dengan hewan lain, maka ia akan mengubah warnanya menjadi gelap.
Hal ini dilakukan dengan cara melepaskan melanin dalam dubuhnya sehingga pigmen yang berwarna gelap akan muncul ke lapisan kulit paling luar.
Sedangkan saat bunglon sedang beristirahat, warna kulitnya akan tetap seperti warna kulit aslinya, yaitu hijau atau cokelat.
Baca Juga : Apakah Kucing Sphynx Benar-Benar Tidak Punya Bulu? Kenalan, yuk!
Tujuan bunglon berada dalam warna tersebut adalah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempatnya berada, nih, teman-teman.
O iya, bunglon juga bisa mengubah warnanya menjadi tidak beraturan, lo, yang biasanya dilakukan karena ada serangan yang datang secara tiba-tiba.
Pada saat tersebut, nanokristal dalam kulit bunglon akan berpindah ke wilayah yang lebih lebar dan memancarkan warna kuning, merah, dan jingga.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR