Bobo.id - Hai teman-teman, apa kabarnya hari ini? Pasti sudah tidak sabar menunggu dongeng anak hari ini.
Dongeng anak hari ini bercerita tentang Penyihir dan Para Pelayannya.
Penasaran? Yuk, langsung saja kita baca dongeng anak hari ini.
------------------------------------
Pria ini tidak mengenal Iwanich, namun ia mengijinkan Iwanich bermalam di gubuknya.
Keesokan paginya, Iwanich bertanya pada pria kurus tinggi itu.
“Aku tidak punya cukup uang untuk pulang. Apakah aku bisa mendapat pekerjaan?”
Baca Juga : Pesawat Hayabusa2 Ditugaskan Meledakkan Asteroid Ryugu, Apa Tujuannya, ya?
“Anakku,” jawab pria tua itu, “di sekeliling tempat ini tidak ada penghuninya. Aku sendiri harus mengembara ke desa-desa yang jauh untuk mencari nafkah. Tapi tak jauh dari sini, ada penyihir tua bernama Corvera. Lewati saja sungai kecil yang mengalir di bawah gubukku selama sekitar tiga jam. Kau akan sampai di bukit pasir tempat Penyihir Corvera tinggal. Kau bisa minta pekerjaan padanya.“
Iwanich mengucapkan terima kasih kepada pak tua tinggi kurus itu. Sekitar tiga jam ia menyusuri sungai kecil. Akhirnya, sampailah ia di depan sebuah rumah yang mengerikan. Ada paku di sekeliling pagarnya. Di dalam pagar itu, tampak sebuah rumah hitam kecil. Jendelanya tertutup oleh jaring laba-laba. Pintu besinya sudah sangat usang.
Baca Juga : Jari-Jari Manusia Tidak Sama Panjang, Inilah 3 Kemungkinan Penyebabnya
Iwanich memberanikan diri mengetuk pintu. Dari dalam, terdengar suara wanita yang serak, menyuruhnya masuk.
Iwanich membuka pintu dan tampaklah seorang wanita tua berwajah mengerikan. Ia sedang menghangatkan tangannya yang kurus di api. Iwanich menawarkan diri untuk menjadi pelayannya. Penyihir itu langsung menerimanya. Ia mengajak Iwanich berjalan melalui lorong sempit, menuju ke sebuah lemari besi. Ketika dibuka, ternyata isi lemari itu adalah sebuah kandang kuda berisi dua ekor kuda.
"Tugasmu hanya membawa kuda betina dan anaknya ini ke padang rumput setiap hari. Kalau kau merawat mereka selama setahun penuh, aku akan memberi tahu apapun yang kau inginkan. Tapi, jika kamu membiarkan salah satu kudaku melarikan diri, seumur hidup kau harus bekerja padaku!”
Baca Juga : Banyak yang Tak Tahu, Ada 7 Jenis Tertawa di Kehidupan Sehari-hari, lo!
Karena tak ada jalan lain untuk pergi dari tempat itu, Iwanich akhirnya menerima pekerjaan itu.
Kini, setiap pagi, ia membawa kedua kuda itu ke padang rumput. Di malam hari, ia membawa kembali ke kandang mereka. Iwanich menjaga kedua kuda itu baik-baik agar tidak melarikan diri. Penyihir Corvera selalu menyambutnya dengan baik saat ia pulang dari padang rumput. Juga menyiapkan makan malam yang lezat.
Suatu hari, Iwanich duduk di dekat sungai sambil mengawasi kedua kudanya merumput. Tiba-tiba ia melihat seekor ikan besar yang terhempas arus sungai ke darat. Ikan itu menggelepar, berjuang keras untuk masuk ke sungai lagi.
Baca Juga : Ditemukan Fosil Burung dari Zaman Dinosaurus, Ada Telur dalam Tubuhnya
Iwanich merasa kasihan pada makhluk malang itu. Ia meraih ikan itu ke pelukannya, lalu melepaskannya ke sungai. Ikan itu meliuk-liuk lega di dalam air. Namun anehnya, ia berenang lagi ke tepi sungai dan berkata,
“Pemuda yang baik, apa yang harus kulakukan untuk membalas kebaikanmu.”
"Aku tidak menginginkan apapun," jawab Iwanich lembut. “Aku sudah senang melihatmu selamat dan bisa masuk ke sungai lagi.”
Baca Juga : Selain Obat Dokter, Bahan-Bahan Alami Juga Bisa Menyembuhkan Diare
“Kalau begitu, ambillah satu satu sisik di tubuhku. Kalau kau butuh bantuan, lemparkan sisik itu ke sungai ini, dan aku akan segera membantumu.“
Iwanich membungkuk, lalu mencabut sebuah sisik dari ikan itu. Ia menyimpan sisik itu hati-hati di lipatan sapu tangannya. Setelah mengantonginya, ia lalu kembali ke tempat kuda-kudanya untuk ia bawa pulang.
Esok harinya, Iwanich seperti biasa membawa kuda-kudanya ke padang rumput. Saat kuda-kudanya sedang merumput, ia melihat sekawanan burung berkerumun. Burung-burung itu mengeluarkan suara berisik dan terbang dengan liar kesana kemari.
Baca Juga : Ingin Mengganti Gula Pasir untuk Makanan atau Minuman? Gunakan 4 Bahan Alami Ini
Penuh rasa ingin tahu, Iwanich bergegas ke tempat kejadian. Ternyata, itu adalah sekawanan gagak yang sedang menyerang seekor elang. Meskipun elang itu kuat dan berani, namun ia kalah kuat saat diserang puluhan gagak itu. Iwanich tak tega melihatnya. Ia segera mengambil sebatang dahan pohon, lalu mengibas-kibaskan ke arah gagak-gagak itu.
Kawanan burung yang ganas itu tak menduga ada serangan mendadak. Dengan ketakutan, mereka terbang menjauh. Elang malang tadi akhirnya terbebas dari keroyokan gagak. Elang itu tampak menarik sehelai bulunya dan berkata pada Iwanich,
“Pemuda yang baik hati, ambillah bulu ini sebagai tanda terima kasihku. Jika kau butuh pertolongan, tiuplah bulu ini ke udara. Maka saya akan membantumu dengan seluruh kekuatanku.”
Baca Juga : Gigitan Ular Menyalurkan Bisa, Apakah Ular Menyimpan Bisa di Giginya?
Iwanich berterima kasih pada burung itu. Ia menyimpan bulu itu bersama sisik ikan, lalu menggiring kuda-kudanya kembali ke rumah.
Suatu hari, Iwanich membawa kuda-kudanya ke tempat yang lebih jauh. Padang rumput di tempat itu lebih subur dan gemuk. Kuda-kudanya makan dengan lahap. Sementara itu, Iwanich mengawasi kuda-kudanya sambil duduk di bawah pohon.
Tiba-tiba ia mendengar teriakan di dekatnya. Rupanya ada seekor rubah yang terjebak dalam perangkap petani. Binatang malang itu mencoba untuk membebaskan diri namun sia-sia.
Baca Juga : Ada Pelajaran yang Sulit? Ini 7 Tips Mengatasinya
Iwanich yang baik hati sekali lagi datang untuk menyelamatkan hewan itu. Setelah terbebas dari perangkap, rubah itu berterimakasih pada Iwanich. Ia mencabut beberapa helai bulu ekornya dan berkata,
“Jika kau butuh pertolonganku, lemparlah dua helai buluku ini ke dalam api. Seketika saya akan muncul di sampingmu untuk menerima perintah.”
Baca Juga : Tiga Negara Bekerja Sama untuk Melestarikan Heart of Borneo
Iwanich menyimpan bulu rubah itu bersama sisik ikan dan bulu elang. Dan di saat hari mulai gelap, ia bergegas membawa pulang kuda-kudanya.
Tanpa terasa, tiga hari lagi tugas Iwanich akan berakhir. Tiga hari lagi, ia sudah bekerja setahun penuh. Itu artinya, sebentar lagi ia akan mendapat upah dari si penyihir.
Pada malam pertama dari tiga hari terakhir itu, Iwanich makan malam dengan lahap. Pada saat itu, ia melihat nenek Penyihir mengendap masuk ke kandang kuda. Iwanich diam-diam mengikutinya dan bersembunyi di ambang pintu. (Bersambung)
Cerita: Dongeng Rusia (Dok. Majalah Bobo)
Baca Juga : Sakit Tifus? Coba Atasi dengan Obat Alami yang Ada di Rumah
Tonton video ini juga, ya!
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Sepdian Anindyajati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR