Bobo.id - Makhluk hidup dapat terserang berbagai penyakit, teman-teman. Tidak hanya manusia, tapi juga tumbuhan dan hewan.
Penyakit yang menyerang juga bermacam-macam, seperti infeksi bakteri, infeksi virus, hingga serangan penyakit jamur.
Penyakit-penyakit tadi mempunyai tingkat keparahan masing-masing, lo. Ada yang bisa disembuhkan, tapi ada juga yang tidak bisa disembuhkan hingga membuat makluk hidup yang terserang penyakit tidak bisa bertahan.
Seperti yang terjadi pada ratusan spesies amfibi dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, nih, teman-teman.
Baca Juga : Beda dari Biasanya, Kelelawar Ini Warnanya Putih dan Bikin Gemas!
Penelitian internasional yang dipimpin oleh Australian National University atau ANU menuliskan bahwa dalam 50 tahun terakhir, terjadi penurunan populasi pada lebih dari 500 spesies amfibi, lo!
Bahkan 90 spesies amfibi di antaranya tidak hanya mengalami penurunan populasi saja, tapi juga sudah punah.
Menurunnya, populasi amfibi secara drastis selama 50 tahun terakhir ternyata disebabkan oleh penyebaran penyakit jamur, teman-teman.
Akibatnya, amfibi di Australia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan menjadi hewan yang terkena dampak paling parah dari penyebaran penyakit jamur ini.
Amfibi Terkena Penyakit Jamur
Sebanyak lebih dari 500 spesies amfibi terkena penyakit jamur selama 50 tahun terakhir.
Peneliti utama dari penelitian ini, Dr Scheele menyebutkan, di Australia sendiri sudah lebih dari 40 spesies katak yang jumlahnya terus menurun karena serangan penyakit jamur, lo.
Bahkan selama 30 tahun belakangan, tujuh dari 40 spesies tadi sudah punah, dan penurunan sejumlah besar katak ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Selain Australia, setidaknya sudah ada 60 negara lain yang terjangkit penyakit jamur dan menyebabkan penurunan jumlah amfibi.
Baca Juga : Dikenal Suka Mengejar, Menurut Peneliti T-Rex Sulit Berlari Cepat, lo!
Penyakit Jamur Berbahaya
Banyaknya spesies amfibi yang berkurang jumlahnya ini ternyata disebabkan oleh penyakit jamur berbahaya yang bernama chytridiomycosis atau sitridiomikosis, teman-teman.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur chytrid yang merupakan jamur yang paling merusak di seluruh dunia.
Karena sangat merusak, Dr Scheele menyebutkan kalau jamur ini bisa menjadi penyebab kepunahan massal keenam di Bumi.
Hal ini terlihat dari banyaknya spesies amfibi yang terjangkiti penyakit sitridiomikosis yang mengakibatkan penurunan populasi hingga beberapa di antaranya bahkan punah.
Penyakit Sitridiomikosis Menggerogoti Kulit Amfibi
Kenapa penyakit yang disebabkan oleh jamur chytrid ini sangat berbahaya bagi amfibi, ya?
Awalnya, amfibi yang terserang penyakit sitridiomikosis akan tertular di bagian kulitnya, yang lama-kelamaan akan menggerogoti kulit amfibi.
Gejala berikutnya adalah amfibi mengalami penurunan berat badan paling cepat sekitar 8 hari setelah terpapar penyakit ini.
Selain itu, hewan yang terkena penyakit ini juga akan terlihat lesu, bergerak dengan lambat, dan tidak bergerak meskipun sudah diberikan stimulasi.
Baca Juga : Mengapa Hewan yang Makan Bangkai Membusuk Tidak Terserang Penyakit?
Gejala yang timbul pada setiap amfibi yang terkena penyakit ini berbeda-beda, teman-teman, ada yang menggerogoti kulit, ada juga yang justru mengalami penebalan kulit.
Tapi keduanya bisa menimbulkan efek yang berbahaya bagi amfibi, karena hewan yang tertular penyakit sitridiomikosis tidak bisa menyerap mutrisi yang dibutuhkan.
Amfibi juga tidak bisa mengeluarkan racun dari tubuhnya atau bahkan tidak bisa bernapas, teman-teman.
Karena berbagai efek yang ditimbulkan inilah, maka menyebabkan sitridiomikosis menjadi penyakit paling berbahaya bagi banyak spesies amfibi.
Penyebaran Sitridiomikosis oleh Manusia
Meskipun penyakit sitridiomikosis ini menyerang amfibi, ternyata penyebaran penyakitnya disebabkan oleh manusia, lo, teman-teman.
Wah, kenapa justru manusia yang menyebarkan penyakit yang dialami amfibi ini, Bo?
Dr Scheele mengatakan kalau perdagangan satwa liar yang dilakukan oleh manusia adalah salah satu penyebab utama persebaran penyakit jamur ini.
Perdagangan liar yang dilakukan oleh manusia menyebabkan terjadinya perpindahan hewan dengan sangat cepat. Hal ini juga berarti mereka memindahkan penyakit yang mungkin saja dialami atau dimiliki oleh hewan tadi.
Baca Juga : Bagaimana Kelelawar Buang Air Besar? Ini Penjelasannya #AkuBacaAkuTahu
Akibatnya, jamur yang diduga berasal dari Afrika ini menyebar dengan cepat ke hewan-hewan lain yang berada di berbagai negara, contohnya Australia.
Hingga 10 atau 20 tahun ke depan, para peneliti memperkirakan kalau masih ada banyak spesies yang bisa saja punah karena penyakit sitridiomikosis ini, teman-teman. Itu karena untuk menghilangkan jamur chytrid dalam sebuah ekosistem sangat sulit.
Meskipun banyak spesies yang bisa terkena penyakit ini, masih ada beberapa spesies amfibi lainnya yang kebal terhadap sitridiomikosis dan tidak terancam penurunan populasi atau kepunahan.
Karena penyebaran penyakit ini, para peneliti dari Australia pun melakukan penelitian untuk mengetahui spesies amfibi apa saja yang rentan terkena penyakit ini, sehingga nantinya bisa dilakukan upaya konservasi agar amfibi tersebut tidak punah.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR