Bobo.id - Kecoak jadi hewan yang dihindari oleh banyak orang, terutama karena kecoak bisa terbang dan hinggap di berbagai tempat.
Selain itu, kecoak juga hidup di tempat yang kotor, sehingga bisa menyebarkan kuman dengan mudah.
Biasanya apa yang teman-teman lakukan kalau melihat ada kecoak berjalan atau bahkan terbang di sekitar rumah?
Tindakan yang paling sering dilakukan adalah mengarahkan semprotan serangga ke kecoak tadi agar kecoak mati.
Baca Juga : Benarkah Kecoak Hanya Muncul saat Malam Hari? #AkuBacaAkuTahu
Tahukah teman-teman? Kecoak yang mati karena semprotan serangga ternyata justru bisa bertahan hidup dari bencana nuklir yang mengeluarkan radioaktif dengan jumlah tinggi.
Padahal, manusia dan hewan harus segera meninggalkan tempat yang terkena bencana nuklir agar tidak terkena efek radiasi dari radioaktif, lo, seperti yang terjadi di Chernobyl setelah meledaknya reaktor nuklir akibat lonjakan daya.
Lalu, kenapa kecoak justru bisa bertahan hidup di tempat yang mengandung radioaktif tinggi dibandingkan saat diberikan semprotan serangga yang membuatnya mati, ya?
Kecoak Lebih Tahan Radiasi
Bencana nuklir merupakan salah satu bencana yang dianggap berbahaya bagi manusia maupun hewan, teman-teman.
Radioaktif yang dihasilkan dari bencana nuklir bisa membuat manusia dan hewan mengalami efek radiasi yang berbahaya bagi tubuh, salah satunya menyebabkan kanker.
Radiasi dari radioaktif juga bisa membuat beberapa penyakit dan kelainan dalam tubuh, seperti mutasi genetik.
Nah, ternyata kecoak adalah hewan yang mempunyai peluang lebih besar untuk tahan dari radiasi radioaktif yang berasal dari bencana nuklir, lo, teman-teman.
Baca Juga : Apa Fungsi Lubang Kecil di Telinga Kucing yang Terlihat Seperti Kantung?
Meskipun kecoak lebih tahan terhadap radiasi radioaktif, tapi hal ini bukan berarti tidak ada kecoak yang mati dalam bencana nuklir yang terjadi.
Kecoak memiliki peluang lebih besar untuk tahan terhadap paparan radioaktif dibandingkan manusia bahkan hewan lainnya karena ukurannya yang lebih kecil.
Kecoak mempunyai ukuran tubuh yang kecil dan memiliki eksoskeleton, yaitu kerangka luar yang mendukung dan melindungi tubuh hewan.
Nah, eksoskeleton ini akan membantu kecoak melindungi tubuhnya dari radiasi dengan cara menyerap radioaktif yang berasal dari ledakan nuklir.
Selain itu, kecoak terkenal sebagai serangga yang bisa bertahan hidup di wilayah dengan nutrisi terbatas.
Kecoak juga merupakan hewan yang bisa berkembang biak dengan cepat sesuai ukurannya, sehingga populasi kecoak akan terus bertambah.
Kenapa Semprotan Serangga Bisa Membuat Kecoak Mati?
Ketika teman-teman melihat kecoak, hal pertama yang mungkin dilakukan adalah mengambil semprotan serangga dan mengarahkannya langsung ke arah kecoak.
Baca Juga : Tuntong Laut, Kura-Kura yang Memiliki Banyak Warna, Pernah Lihat?
Dengan beberapa kali semprotan, tubuh kecoak akan terbalik dan beberapa saat kemudian mati.
Namun kenapa kecoak yang bisa bertahan dari bencana nuklir justru tidak bisa bertahan ketika disemprot menggunakan semprotan serangga, ya?
Semprotan serangga yang kita gunakan saat ada kecoak mengandung racun insektisida yang kuat, sehingga dalam beberapa menit saja kecoak bisa mati.
Insektisida yang kuat ini dirancang khusus untuk memengaruhi sistem neurologis atau saraf ketika diarahkan langsung ke tubuh kecoak.
Cairan semprotan serangga yang mengandung insektisida ini juga akan meninggalkan efek residu atau endapan yang tahan lama di tubuh kecoak.
Karena hal inilah, kecoak yang disemprot menggunakan semprotan serangga hanya bertahan beberapa menit sebelum akhirnya mati.
Sistem saraf yang ada di tubuh kecoak sudah terkena efek racun dari semprotan serangga dan mengendap di sana.
Selain itu, semprotan serangga juga diarahkan langsung ke tubuh kecoak, berbeda dengan ledakan nuklir yang biasanya lebih banyak berada di udara dan menyebar.
Kecoak yang berukuran kecil dan banyak berjalan di tanah menjadi lebih sedikit terkena efek radiasi yang dihasilkan oleh bencana nuklir tersebut.
Baca Juga : Gemasnya, 10 Kucing Ini Punya Corak Berbentuk Hati di Bulunya!
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | Mental Floss |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR