Bobo.id - Ada banyak gunung api yang tersebar tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.
Gunung api bisa terbentuk karena adanya pecahan yang terjadi di kerak bumi.
Biasanya, gunung api itu terbentuk ratusan atau bahkan ribuan tahun yang lalu, teman-teman.
Baca Juga : Selain Sakura, 5 Bunga Cantik Ini Juga Mekar di Jepang pada Musim Semi
Misalnya saja Gunung Merapi yang sudah ada sejak 700.000 tahun yang lalu.
Namun, ada satu gunung api yang unik dan dijuluki sebagai gunung api termuda di dunia, lo.
Gunung api yang bernama Gunung Paricutin di Meksiko ini usianya bahkan belum mencapai 100 tahun.
Yuk, kita mengenal lebih dekat dengan gunung api termuda ini!
Baca Juga : Kadar Karbon Dioksida di Bumi Mencapai Level Tertinggi, Apa Bahayanya?
Gunung Api Termuda
Gunung Paricutin berada di Negara Bagian Michoacan, Meksiko dan baru terbentuk pada 1943 lalu.
Gunung setinggi 424 meter ini juga menjadi fenomena alam unik di mana proses terbentuknya gunung api bisa disaksikan langsung.
Gunung Paricutin berjarak sekitar 461 kilometer dari Kota Meksiko dengan waktu tempuh sekitar tujuh jam.
Sedangkan kota terdekat dari gunung ini adalah Kota Angahuan.
Baca Juga : Mengapa Golongan Darah O Bisa Mendonorkan Darahnya ke Semua Orang?
Proses Terbentuknya Gunung Paricutin
Sebelum 20 Februari 1943, Gunung Paricutin belum ada, nih, teman-teman. Paricutin masih merupakan nama sebuah desa.
Namun, berminggu-minggu sebelum tanggal itu, penduduk desa telah merasakan getaran dan gemuruh dari dalam bumi.
Pada 20 Februari 1943, seorang petani bernama Pak Dionisio Pulido bersama istrinya, Ibu Paula sedang membakar semak di ladang jagung mereka.
Baca Juga : Apakah Mata Minus Bisa Sembuh dengan Makan Wortel? #AkuBacaAkuTahu
Saat itu, mereka melihat gundukan tanah dengan retakan celah sekitar dua meter.
Asap yang mengepul disertai suara mendesis muncul dari celah itu. Mereka juga mencium bau belerang yang seperti telur busuk.
Petani itu ketakutan dan segera melarikan diri. Mereka tidak tahu jika yang dilihatnya adalah proses kelahiran gunung api.
Keesokan harinya saat fajar, Pak Dionisio bersama beberapa warga desa mengecek fenomena aneh itu.
Baca Juga : Mengapa Wajah Kita yang Dilihat di Cermin Berbeda dengan Hasil Selfie?
Ternyata gundukan itu telah tumbuh dengan asap dan batu yang terlontar ke langit.
Beberapa hari kemudian, gundukan itu sudah setinggi 50 meter. Dalam waktu seminggu, gunung itu sudah tumbuh sekitar 100 meter.
Lava pun mulai mengalir di wilayah sekitarnya. Pada Maret 1943, letusan semakin kuat dengan kolom asap mencapai beberapa kilometer.
Gunung itu meletus secara intensif di tahun pertamanya, teman-teman.
Baca Juga : Ini Bahayanya Jika Kita Membuang Kotoran Kucing ke Dalam Kloset
Penduduk Harus Dievakuasi
Kelahiran gunung api beserta letusannya ini membuat masyarakat sekitarnya di Desa Paricutin dan San Juan Parangaricutiro harus dievakuasi.
Pada Agustus 1944, sebagian besar dua desa tersebut telah dipenuhi lava dan abu.
Sembilan tahun berikutnya, gunung api ini terus meletus dengan didominasi letusan lava yang relatif tenang.
Namun, letusan itu mampu menghanguskan sekitar 25 kilometer persegi area sekitarnya.
Baca Juga : Ada Ribuan Satelit Buatan yang Mengorbit Bumi, Bisakah Kita Lihat?
Pada 1952 lalu, letusan Gunung Paricutin berhenti. Diyakini Paricutin merupakan gunung api monegenetik.
Gunung api monogenetik sendiri merupakan gunung yang tidak akan meletus lagi atau menjadi gunung api mati.
Kini, kawasan desa yang terkubur oleh aliran lava menjadi obyek wisata yang menarik. Reruntuhan desa itu tidak sepenuhnya hancur ditelan lava.
Bagian gunung, yakni Cinder Cone dan gereja yang setengah terkubur menjadi populer di kalangan wisatawan.
Baca Juga : Hati-Hati, 5 Hal yang Sering Kita Lakukan Ini Bisa Merusak Kuku!
(Penulis: Anggara Wikan Prasetya)
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR