Bobo.id – Dug, dug, dug! Apakah teman-teman pernah mendengar suara itu saat berbuka puasa dari masjid terdekat?
Suara itu ternyata berasal dari benda bernama bedug yang berukuran besar. Bedug biasanya terdapat di bagian depan masjid.
Saat ini mungkin teman-teman sudah akan sulit menemukan bedug di masjid atau mendengar suara bedug saat waktunya beribadah.
Penyebabnya, sekarang penggunaan bedug sudah banyak digantikan oleh pengeras suara yang suaranya bisa menjangkau tempat yang lebih jauh.
Nah, penggunaan bedug untuk menandakan waktu beribadah ternyata sudah dilakukan sejak lama, teman-teman.
Baca Juga: Bukan Berasal dari Mesir, dari Mana Mumi Tertua di Dunia Berasal?
Berawal dari Peninggalan Nenek Moyang
Sebelum bedug ditemukan, sebenarnya nenek moyang kita sudah mengenal nekara dan moko, teman-teman.
Nekara dan moko adalah sejenis genderang yang terbuat dari perunggu.
Dua alat ini digunakan oleh nenek moyang kita sebagai sarana yang berhubungan dengan upacara untuk meminta hujan.
Bedug Berfungsi Sebagai Alat Komunikasi
Selain digunakan oleh nenek moyang, bedug juga sudah dituliskan dalam karya sastra kerajaan Majapahit pada abad ke-14 dan 16.
Saat itu, ada dua jenis bedug, yaitu teg-teg yang berukuran besar dan bedug dengan ukuran yang biasanya kita lihat.
Nah, bedug pada masa itu berfungsi sebagai alat komunikasi dan penanda waktu-waktu penting, seperti bencana alam, perang, atau hal mendesak lainnya.
Baca Juga: Asal-Usul Perlengkapan P3K Bermula dari Perbincangan Tak Sengaja, lo
Keberadaan Bedug di Tanah Jawa Digambarkan dalam Catatan Penjelajah Belanda
Tahun 1595 hingga 1597, ada seorang penjelajah Belanda yang melakukan perjalanan ke tanah Jawa, yaitu Cornelis de Houtman.
Dalam catatan perjalanannya, Cornelis de Houtman menuliskan kalau dirinya melihat bedug, bonang, gender, dan gong menyebar serta populer di wilayah yang saat ini merupakan Banten.
Ada juga genderang lengkap dengan tongkat pemukulnya yang digantung di setiap perempatan jalan untuk dibunyikan.
Biasanya, buny yang dihasikan oleh genderang itu akan menjadi tanda bahaya atau menjadi tanda waktu yang dibunyikan pada pagi hari, tengah hari, atau malam hari.
Penyebaran Bedug di Indonesia Mendapat Pengaruh dari Tiongkok
Tahukah teman-teman? Keberadaan bedug di Indonesia ternyata juga mendapat pengaruh dari Tiongkok, lo.
Saat itu, maharaja Ming mengutus anak buahnya, yaitu Cheng Ho bersama pasukannya untuk melakukan perjalanan ke Jawa.
Nah, Cheng Ho dan pasukannya lalu mempertunjukkan bedug ketika memberi tanda baris-berbaris ke tentara yang mengiringinya.
Ketika akan pergi dan memberi hadiah, ternyata seorang raja dari Semarang hanya ingin mendengarkan suara bedug yang datang dari masjid saja, nih, teman-teman.
Baca Juga: Penemuan Kertas Berawal dari Tiongkok, Menyebar ke Seluruh Dunia
Bedug Menjadi Bagian dari Masjid di Indonesia
Karena permintaan seorang raja dari Semarang inilah, bedug mulai menjadi bagian dari masjid yang ada di Indonesia.
Adanya bedug di masjid ternyata sama halnya seperti bedug yang juga ada di kuil-kuil yang ada di Tiongkok, Jepang, dan Korea, lo.
Lalu pada abad ke-15 atau 16, semakin banyak masjid yang meletakkan bedug dan menggunakannya sebagai alat untuk mengajak umat Muslim beribadah.
Ketika bulan puasa, suara bedug juga menjadi pertanda kalau waktu berbuka sudah tba, nih, teman-teman.
Namun saat ini penggunaan bedug sudah banyak digantikan oleh pangeras suara yang bisa menjangkau jarak yang lebih jauh dibandingkan bedug.
O iya, biasanya bedug akan diletakkan di bagian depan masjid atau tempat khusus, teman-teman.
Kalau teman-teman penasaran dengan bentuk dan suara bedug saat dibunyikan, teman-teman bisa meminta petugas yang ada di masjid untuk menunjukkan bedugnya, lo.
Baca Juga: Pernah Mendengar Kata 'Eureka'? Cari Tahu Sejarah dan Artinya, yuk!
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Historia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR