Bobo.id - Ada satu jenis burung yang warna tubuh dan penampilannya mirip dengan penguin, nih, teman-teman, namanya burung puffin.
Bahkan saat melihatnya secara sekilas, Bobo sempat mengira burung puffing adalah penguin.
Burung puffin dan penguin sama-sama memiliki bulu berwarna hitam di punggungnya dan bulu putih di bagian dada sampai perut.
Sayangnya, dalam penelitian yang pernah dilakukan, para peneliti menemukan ratusan burung puffin yang ada di Laut Bering, tepatnya di St. Paul Island, Alaska, dalam keadaan mati.
Baca Juga: Kucing Terus Keluarkan Air Mata, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Ratusan Burung Puffin Ditemukan dalam Keadaan Mati
Setelah melakukan survei selama empat bulan, peneliti menemukan ada 359 bangkai hewan yang kebanyakan adalah burung puffin.
Selain itu, bangkai burung puffin yang ditemukan adalah jenis burung puffin yang jarang terdampar.
Namun, ternyata burung-burung yang ditemukan mati di Pulau Bering bukan hanya burung puffin saja, nih, teman-teman.
Peneliti memperkirakan, total ada sekitar 3.150 sampai 8.800 burung yang mati dan sekitar 87 persen di antaranya adalah burung puffin.
Tubuh Burung Puffin yang Ditemukan Mati dalam Keadaan Kurus
Selain banyak burung puffin ditemukan mati, keadaan bangkai burung puffin juga ditemukan dalam keadaan sakit dan kurus, teman-teman.
Baca Juga: Penemuan Fosil Sekumpulan Ikan Berenang Bersama Berusia 50 Juta Tahun di Amerika
Para peneliti yang menemukan burung puffin dalam keadaan kurus dan sakit memperkirakan ada hal buruk yang terjadi pada burung muffin.
Berdasarkan spesimen yang dikumpulkan, peneliti memperkirakan bahwa ratusan burung puffin mati disebabkan oleh kelaparan.
Kelaparan yang dialami oleh burung puffin hingga menyebabkan kematian ini ternyata ada hubungannya dengan perubahan iklim, lo.
Perubahan Iklim Menyebabkan Kematian Burung Puffin
Kelaparan yang dialami burung puffin hingga menyebabkan mereka sakit, kurus, dan kemudian mati ini ternyata ada hubungannya dengan perubahan iklim, teman-teman.
Menurut para peneliti, suhu permukaan laut yang meningkat karena perubahan iklim menimbulkan beberapa efek bagi burung puffin.
Perubahan iklim memengaruhi jumlah plankton dan persebaran ikan di Laut Bering yang menjadi makanan burung puffin.
Padahal, burung puffin menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut terbuka, teman-teman.
Baca Juga: Wah, Evolusi Membuat Tikus Mole Afrika Tidak Bisa Merasakan Sakit!
Burung puffin hanya kembali ke pantai untuk berkembang biak dan proses molting atau berganti kulit yang akan berpengaruh pada kemampuan terbangnya.
Nah, kombinasi dari perubahan iklim dan proses molting inilah yang menjadi faktor lain kematian burung puffin.
Hal itu menyebabkan purung puffin tidak bisa mendapatkan makanan secara tepat waktu.
Kematian Ratusan Burung Menunjukkan Kondisi Ekosistem Laut
National Park Service atau Layanan Taman Nasional (NPS) juga mencatat ada kematian massal yang terjadi pada burung-burung di Alaska pada 2018 lalu.
Padahal, burung laut seperti puffin adalah indikator atau petunjuk dari kesehatan ekosistem laut, nih, teman-teman.
Itulah sebabnya peristiwa kematian massal yang terjadi pada ratusan burung di St. Paul Island jadi kondisi yang memprihatinkan karena hal ini menunjukkan bahwa ada perubahan besar pada ekosistem laut.
Ketika suhu laut meningkat, plankton dan ikan air dingin akan berpindah ke tempat yang lebih dingin dan lebih jarang berkembang biak.
Akibatnya, burung laut yang bergantung pada hewan-hewan tadi akan kesulitan mendapatkan makanan yang berguna untuk bertahan hidup.
Baca Juga: Bulu Ekor Kucing Terlihat Mengembang Saat Ia Takut, Kok Bisa Begitu?
Tonton video ini juga, yuk, teman-teman!
Source | : | IFL Science,National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR