Bobo.id - Aroma parfum atau pengharum tubuh apa yang menjadi favorit teman-teman?
Kalau kita membeli pengharum tubuh di toko, kita akan melihat ada berbagai pilihan aroma yang tersedia, nih, teman-teman. Mulai dari aroma buah sampai aroma bunga.
Agar bisa menentukan aroma yang akan kita pilih, pasti teman-teman akan mengendus aroma berbagai pilihan aroma pengharum tubuh yang disediakan.
Namun coba teman-teman perhatikan, deh. Di antara pilihan pengharum tubuh yang disediakan, kita akan melihat satu wadah yang berisi biji kopi.
Biji kopi yang diletakkan di antara deretan parfum yang dijual ternyata ada fungsinya, lo, teman-teman.
Biji kopi dianggap bisa menetralkan penciuman setelah mengendus banyak aroma parfum.
Baca Juga: Suka Telur Puyuh? Telur Puyuh Bisa Meredakan Alergi dan Bergizi Tinggi, lo!
Kira-kira biji kopi bisa menetralkan penciuman kita dari berbagai aroma pengharum tubuh, atau justru membuat penciuman kita dipenuhi oleh aroma kopi, ya?
Biji Kopi untuk Menetralkan Penciuman
Biji kopi yang diletakkan di toko parfum dikatakan berguna untuk menetralkan indra penciuman kita dari berbagai aroma parfum yang sebelumnya kita endus.
Dengan mencium aroma dari biji kopi, maka aroma parfum yang sebelumnya kita coba jadi menghilang.
Aroma dari biji kopi dianggap sebagai pembersih untuk indra penciuman. Sehingga aroma parfum berikutnya yang kita endus menjadi lebih jelas untuk kita.
Namun ternyata aroma dari biji kopi yang diletakkan di antara pilihan parfum tidak membersihkan atau menetralkan indra penciuman kita, nih, teman-teman.
Hasil ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Dr Alexis Grosofsky dari Departemen Psikologi Universitas Beloit.
Baca Juga: Apa yang Terjadi di Tubuh Kita Jika Makan Pisang Setiap Hari?
Aroma Biji Kopi Bekerja Secara Psikologis
Dari penelitian yang dilakukan oleh Dr Alexis Grosofsky, terbukti kalau aroma biji kopi tidak ada pengaruhnya dalam membersihkan indra penciuman kita dari berbagai aroma parfum.
Kopi adalah salah satu bahan alami yang punya molekul bau yang sangat kuat, sehingga molekulnya akan memenuhi indra penciuman kita.
Aroma dari biji kopi ternyata hanya digunakan untuk mengistirahatkan indra penciuman teman-teman dari bebagai aroma kuat yang berasal dari parfum.
Selain itu, biji kopi yang diletakkan di antara parfum dan kita endus saat akan mencoba parfum berikutnya bekerja secara psikologis atau pada pikiran dan kejiwaan kita, nih, teman-teman.
Bekerja psikologis yang dimaksud di sini adalah biji kopi bekerja sebagai pengalih perhatian setelah mencium berbagai aroma parfum.
Gunakan Kulit untuk Menetralkan Penciuman
Biji kopi memang tidak bisa menetralkan indra penciuman kita yang sudah dipenuhi berbagai aroma parfum, teman-teman.
Namun sebenarnya ada cara yang bisa kita gunakan untuk menetralkan indra penciuman kita sehingga bisa mengencus aroma parfum berikutnya dengan lebih baik, lo.
Baca Juga: Wah, 7 Manfaat Ini Bisa Didapatkan Jika Kita Rajin Makan Makanan Laut!
Setelah mengendus berbagai aroma parfum, teman-teman bisa mengendus kulit kita sendiri yang belum terkena parfum.
Cara ini biasa dilakukan oleh perfumers atau orang-orang yang bekerja mengetes parfum, yaitu dengan mengedus kulit bagian siku mereka.
Selain itu, teman-teman juga bisa keluar sebentar dari toko parfum untuk menghirup udara segar yang tidak bercampur dengan aroma parfum.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengendus pakaian yang teman-teman kenakan, tapi pada bagian yang juga belum disemprotkan parfum.
Baca Juga: Gula Pasir dan Gula Merah, Mana yang Lebih Sehat? #AkuBacaAkuTahu
Nah, dengan cara-cara tadi, indra penciuman kita bisa menjadi lebih netral dibandingkan dengan menghirup aroma dari biji kopi, yang justru bisa membuat indra penciuman kita penuh dengan aroma kopi.
Dengan membaca, kita jadi tahu, nih, kalau cara terbaik untuk menetralkan penciuman setelah mengendus berbagai parfum bukan dengan menghirup aroma dari biji kopi yang disediakan di toko parfum.
Yuk, semakin banyak membaca agar kita jadi tahu berbagai informasi.
#AkuBacaAkuTahu
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Quora |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR