Bobo.id - Apakah teman-teman selalu menggunakan selimut saat tidur?
Sebagian besar orang biasanya menggunakan selimut saat tidur, bukan hanya tidur malam, tapi juga tidur siang.
Selimut berguna untuk menghangatkan tubuh kita dari suhu dingin, terutama jika di kamar kita ada pendingin ruangan atau AC.
Baca Juga: Bekal Sekolah Tak Harus Nasi, 6 Makanan Ini Juga Lezat dan Menyehatkan
Selain itu, selimut juga berguna untuk melindungi tubuh kita dari serangan nyamuk-nyamuk yang ingin mengisap darah kita.
Tak hanya orang Indonesia, selimut juga digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia, lo.
Bahkan selimut sudah digunakan sejak zaman manusia gua yang dibuat dari kulit hewan sungguhan. Yuk, kita cari tahu sejarah selimut!
Baca Juga: Saat Suhu Dingin, Sebaiknya Mandi dengan Air Dingin atau Hangat, ya?
Sejak Manusia Gua
Fungsi selimut untuk menghangatkan tubuh pertama kali disadari oleh para manusia gua.
Untuk melawan suhu dingin, manusia gua membawa kulit binatang besar yang masih lengkap dengan bulu di atasnya.
Mulanya, mereka menggunakan kulit binatang itu untuk alas di tanah sebagai karpet.
Baca Juga: Rayakan 50 Tahun Misi Apollo 11, Google Doodle Tampilkan Video Keren!
Namun, ketika malam menjadi lebih dingin, beberapa orang mulai berguling dan menutupi diri mereka dengan kulit binatang tersebut.
Cara ini berhasil memberi kehangatan untuk mereka di tengah dinginnya malam, teman-teman.
Tak puas hanya untuk berguling, para manusia gua mengembangkan selimut yang tidak hanya digunakan saat tidur saja.
Mereka mulai menutupi diri mereka dengan kulit binatang tersebut setiap saat ketika suhu dingin.
Baca Juga: Mana yang Lebih Sehat, Minum Teh dengan Gula Pasir atau Madu? #AkuBacaAkuTahu
Tak Hanya Alat Tidur
Pada beberapa kebudayaan di dunia, selimut tidak hanya terbatas digunakan sebagai alat untuk tidur.
Pada kebudayaan Meksiko misalnya, laki-laki menggunakan selimut bernama serape berwarna cerah untuk aktivitas sehari-hari.
Di Maroko, selimut punya kegunaan khusus yang digunakan perempuan sebagai semacam jubah pada hari pernikahan.
Selimut ini memiliki simbol sebagai berkat dan perlindungan dari keluarga mereka.
Baca Juga: Ada Banyak Festival, Ini Dia Keseruan Orang Jepang Nikmati Musim Panas
Penanda Orang Kaya
Secara historis, kebiasaan menenun selimut seperti dalam kebudayaan Meksiko atau Maroko sudah dimulai sejak sebelum masehi.
Orang Mesir Kuno mengawali tradisi ini. Sekitar tahun 3500 SM, Mesir Kuno sudah mengenal selimut tenun.
Saat itu, selimut tenun memiliki harga yang terlalu tinggi dan membuat selimut menjadi kebanggan tersendiri bagi orang kaya atau bangsawan.
Kelas sosial yang dilihat dari selimut juga terjadi selama Kekaisaran Romawi.
Baca Juga: Suhu Dingin di Bandung, Ini 4 Tips Jika Ingin Pergi ke Daerah Dingin
Mereka mengekspor langsung kapas di Eropa pada abad pertengahan untuk diletakkan di tempat tidur orang kaya dan bengasawan.
Pada periode modern awal, produksi selimut meningkat pesat. Pada awal 1800-an, selimut barulah dibawa ke rumah-ruah orang kelas menengah.
Saat ini, siapa pun dapat membeli selimut untuk menghangatkan malam bersuhu dingin.
Selimut Listrik
Di beberapa negara, suhu dingin bisa mencapai minus derajat Celcius, terutama jika sedang mengalami musim dingin.
Baca Juga: Suhu di Bandung Mencapai 15 Derajat Celcius Belakangan Ini, Mengapa?
Hal ini membuat selimut biasa tidak cukup untuk menghangatkan tubuh mereka.
Sekitar 1900-an, selimut listrik mulai diciptakan untuk memberi kehangatan lebih di tempat tidur.
Selimut listrik ini kemudian banyak digunakan untuk perawatan pasien tuberkulosis pada 1921.
Lalu, pada 1936, perkembangan selimut listrik cukup pesat hingga akhirnya dibeli oleh banyak orang.
Baca Juga: Tertutup Awan Berbentuk Topi, Ini Fakta Menarik Gunung Rinjani
(Penulis: Resa Eka Ayu Sartika)
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR