"Terima kasih, kamu bersedia berkorban, Oni. Mau bersabar, ikut menunggui Nenek. Ayah sudah memberitahu wali kelasmu," kata Ibu.
Kudekap Ibu lekat-lekat. Ibu membalas dekapanku dengan mesra. Dekapan yang menunjukkan bahwa Ibu mengerti kegelisahan dan kerinduanku.
"Ya, ya, di rumah selalu ramai dan gaduh," kata Ibu. "Kamu selalu punya seseorang untuk bercanda dan tertawa, menangis atau saling menggoda. Di sini, semua serba sendiri. Bagaimanapun, kalau ada banyak orang, harus ada aturan... supaya segalanya berjalan tertib...." Ibu tersenyum manis.
Baca Juga: Suka Main Bulu Tangkis? Olahraga Bulu Tangkis Asalnya dari Mana, ya? #AkuBacaAkuTahu
Ah, ya, ya, aku menarik napas. Lega. Begini rupanya perbedaan rumahku dengan rumah Tante Dita, batinku. Tante Dita dan keluarganya memang baik padaku. Tetapi sosok seperti Ayah? Yang disiplin dan tegas seperti tentara, yang bisa menciptakan suasana rumah lengang atau gaduh tak terkira, hanya ada di rumahku.
"Oh, aku ingin cepat pulang, Bu. Aku rindu Ayah...." kataku sambil mendekap ibuku sekali lagi.
Hah?
Cerita oleh: Santi Hendrawati
Baca Juga: Hari Ini Hari Olahraga Nasional, Cari Tahu Manfaat Olahraga untuk Anak-Anak, yuk!
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR