Bobo.id - Beberapa minggu belakangan, beberapa wilayah di Kalimantan dan Sumatra sedang mengalami kebakaran hutan.
Hampir setiap musim kemarau, kebakaran hutan selalu terjadi, teman-teman.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan, seperti suhu panas dan kering yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran di bawah tanah.
Akibatnya, hal ini juga menyebabkan kebakaran di permukaan tanah. Nah, kebakaran di bawah tanah ini menjadi hal yang sulit diketahui, karena biasanya tidak mengeluarkan asap.
Baca Juga: Hujan Buatan Bisa Atasi Kabut Asap di Riau, Bagaimana Caranya?
Selain itu, kebakaran bawah tanah juga bisa berada di kedalaman beberapa meter di bawah tanah, teman-teman.
Beberapa sebab inilah yang menyebabkan pihak berwenang kesulitan untuk mencegah kebakaran hutan.
Ditambah lagi, kebakaran hutan yang sudah terjadi juga sulit dipadamkan karena terjadi pada musim kemarau.
Hal ini kemudian membuat pihak berwenang menggunakan beberapa metode untuk memadamkan api. Cari tahu caranya, yuk!
Dua Metode untuk Memadamkan Api
Dalam memadamkan api penyebab kebakaran hutan, ada dua cara yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT, lo.
Metode pertama adalah dengan cara water bombing dan metode kedua adalah dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau biasa disebut hujan buatan.
Water bombing dilakukan dengan cara menurunkan air secara langsung dari helikopter atau pesawat ke wilayah dengan titik api.
Sedangkan untuk melakukan hujan buatan, ada beberapa tahap dan proses yang harus dilakukan, nih, teman-teman.
Baca Juga: Kenapa Banyak Orang yang Suka Makan Cokelat? #AkuBacaAkuTahu
Hujan buatan diawali dengan memonitor cuaca yang dilaksanakan oleh BPPT dibantu BMKG.
Monitor cuaca ini dilakukan menggunakan alat seperti radar cuaca.
Selain menggunakan alat tertentu, ada juga beberapa orang yang ditempatkan di beberapa daerah untuk memantau awan.
Nah, kalau awan sudah terbentuk, proses hujan buatan mulai dilaksanakan, yaitu dengan cara menaburkan garam khusus untuk membentuk hujan.
Baca Juga: Apa Jadinya Kalau Tidak Ada Awan di Bumi, ya? #AkuBacaAkuTahu
Garam-garam ini akan ditaburkan menggunakan pesawat khusus di awan yang sudah bisa disemai.
Nantinya garam akan menyerap molekul air dalam awan, yang membuat garam bisa mengumpulkan molekul-lolekul air di awan.
Molekul air ini nantinya akan membeku karena suhu yang sangat dingin, kemudian air yang membeku menjadi es akan jatuh ke tanah karena berat dan mencair menjadi hujan.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Water Bombing dan Hujan Buatan
Dua metode yang dilakukan untuk memadamkan api dari kebakaran hutan bisa membantu mengurangi kabut asap yang terjadi di Kalimantan dan Sumatra.
Namun kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, lo, teman-teman.
Dengan metode water bombing, pemadaman api bisa diarahkan tepat di lokasi kebakaran.
Namun kekurangan dari metode ini adalah terbatasnya air yang bisa dibawa oleh pesawat atau helikopter untuk memadamkan api.
Baca Juga: Gas Rumah Kaca dan Sumbernya Bisa Terbentuk secara Alami Maupun dari Aktivitas Manusia, lo!
Air yang bisa dibawa oleh pesawat atau helikopter hanya terbatas pada maksimal sekitar delapan meter kubik saja, teman-teman.
Sedangkan hujan buatan sebaliknya, yaitu jumlah air bisa banyak, tapi hujan tidak bisa diarahkan ke tempat-tempat kebakaran.
Selain itu, hujan buatan juga tergantung pada keberadaan awan, arah angin yang bergerak, serta kecepatan awan.
Meskipun tiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan, namun dengan adanya dua cara ini, diharapkan bisa mengurangi titik api dan kabut asap di daerah yang mengalaminya, teman-teman.
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | Kompas.com,CNN,DW |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR