Hal ini juga terjadi pada seorang remaja perempuan bernama Xiye Bastide yang mengalami efek langsung dari perubahan iklim.
Kak Bastida yang saat ini berusia 17 tahun, pernah mengalami kekeringan lalu hujan lebat yang menyebabkan banjir di kota asalnya, yaitu San Pedro Tultepek, Meksiko.
Banjir yang terjadi ini juga menyebabkan tempat tinggalnya mengalami krisis air bersih akibat dari pencemaran lingkungan oleh limbah pabrik yang ada di sekitar tempatnya tinggal.
Setelah pindah ke Kota New York, Kak Bastida semakin peduli pada lingkungan setelah ia mengetahui kehancuran yang disebabkan oleh Badai Sandy.
Baca Juga: Telur Baru atau Telur Lama? ini Cara Mengetahui Umur Telur
Dari peristiwa Badai Sandy ini, Kak Bastida banyak belajar dan mulai melakukan berbagai hal untuk menghentikan kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Selain karena berbagai peristiwa yang dialaminya, Kak Bastida semakin mencintai lingkungan dan ingin menghentikan perubahan iklim karena pengaruh kebudayaan dalam dirinya.
Kak Bastida dan keluarganya merupakan bagian dari suku asli Otomi, yang memiliki hubungan timbal balik dengan tanah.
Langkah pertama yang dilakukan Kak Bastida untuk melawan perubahan iklim adalah dengan mendirikan klub lingkungan di sekolahnya.
Baca Juga: Benarkah Pohon Pisang Tidak Akan Mati Jika Belum Berbuah? Cari Tahu, yuk!
Selain itu, Kak Bastida juga bergabung dengan beberapa kelompok lain yang berfokus pada iklim.
Terinspirasi dari Kak Greta, Kak Bastida memulai gerakan yang sama seperti Kak Greta, yaitu mengajak teman-temannya untuk meminta pemerintah setempat mengeluarkan peraturan mengenai lingkungan.
3. Autumn Peltier
Remaja lainnya yang menjadi pejuang lingkungan adalah Kak Autumn Peltier dari Kanada yang saat ini berusia 15 tahun.
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | elle.com,Huffpost,cbc.ca,oprahmag.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR