Nama atau sebutan ini berasal dari bahasa isyarat yang digunakan oleh penduduk desa ini.
Uniknya, penduduk di Desa Bengkala memiliki bahasa isyarat khusus yang disebut 'Kata Kolok' atau bahasa tunarungu.
Kata kolok yang berlaku atau digunakan di desa ini berbeda dengan bahasa isyarat yang digunakan di Indonesia atau bahasa insyarat internasional.
Bahkan orang yang bukan berasal dari Desa Bengkala tidak mengerti bahasa isyarat kata kolok ini, lo.
Baca Juga: Gemas! Akun Ini Membuat Hewan-Hewan Terlihat Lucu dengan Gambarnya
Kata kolok sudah menjadi mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan teman-teman yang tinggal di Desa Bengkala mempelajari kata kolok mulai kelas 1 SD hingga kelas 6 SD.
Karena kata kolok dipelajari di sekolah, maka semua siswa, baik yang memiliki kondisi tuna rungu maupun tidak, akan menerima pelajaran yang sama.
Bahasa Isyarat Digunakan oleh Hampir Semua Orang di Desa
Meskipun di Desa Bengkala terdapat 44 orang yang memiliki kondisi tuna rungu, tapi penduduk yang ada di desa ini saling menghargai, lo.
Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa isyarat oleh sekitar 80 persen penduduk Desa Bengkala.
Baca Juga: Jangan Diabaikan, Segera ke Dokter Mata Jika Kamu Mengalami Hal Ini
Penduduk Desa Bengkala yang tidak memiliki kondisi tuna rungu disebut enget dan penduduk dengan kondisi tuna rungu terlihat saling menghargai.
Kalau teman-teman berkunjung ke Desa Bengkala, maka kamu akan melihat banyak orang yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat.
Berkomunikasi dengan bahasa isyarat tidak hanya dilakukan oleh enget dan warga yang menderita tuna rungu saja.
Namun hal ini dilakukan oleh penduduk yang memiliki pendengaran baik ke penduduk lain yang pendengarannya juga tidak memiliki masalah.
Sumber Gambar: YouTube/Great Big Story
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | Vice News,Great Big Story |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR