Kemudian, suara ‘clap’ atau tepukan clapperboard ini menjadi tanda gambar dan suara dimulai, sehingga editor bisa menyamakan gambar dari kamera dan suara dari alat perekam.
Ini membuat gambar dan suara yang direkam dengan alat berbeda bisa berpadu dengan baik, teman-teman.
Papan ini biasanya diberi keterangan tanggal, nomor adegan dan urutan adegan, sudut akmera, nama produksi film, dan nama sutradaranya.
Bisanya di bagian atas clapperboard ada garis diagonal hitam dan putih yang membuatnya semakin terlihat.
Sebelum ada clapperboard yang diproduksi seperti sekarang, pembuat film membuatnya dari papan yang ditulisi dengan kapur, kemudian ada yang membuatnya dari papan tulis dengan spidol.
Wah, kalau sekarang bahkan ada clapperboard digital yang canggih, lo.
Baca Juga: Tidak Ada Bangku dengan Huruf 'I' di Bioskop, Mengapa Begitu, ya? #AkuBacaAkuTahu
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | Mental Floss |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR