"Bakat hanya 10 persen, Lala. Yang 90 persen adalah usaha dan kerja keras. Untuk menjadi pengarang perlu banyak membaca, mengamati, belajardari karya orang lain, belajar ketrampilan, dan terus berlatih. Semua butuh waktu, perlu proses. Teruslah berusaha, Bapak yakin kamu akan berhasil," Pak Awang memberi semangat.
Lala mengucapkan terima kasih. la pulang ke rumah dan mendapati sebuah amplop besar dari majalah anakanak. Lala membukanya dan mendapati empat buah karangannya ditolak, tak bisa dimuat di majalah.
Lengkaplah sudah kekecewaan Lala.
Baca Juga: Sepeda Ini Sengaja Tidak Diberi Pedal, Mengapa Begitu, ya?
"Aku memang tidak berhasil. Untuk apa susah payah mengarang?" pikir Lala. Dan ia memutuskan untuk berhenti mengisi buku harian.
Lima hari sudah berlalu. Lala tidak menulis karangan, bahkan ia tidak mengisi buku hariannya. Lala patah semangat untuk menjadi pengarang.
Sore itu Ibu mengajaknya ke rumah sakit untuk menengok Tante Yani yang sakit. Lala mau saja.
"Tumben, biasanya kamu sibuk membaca dan menulis. Pengarang kita lagi jenuh, ya!" goda Ibu.
"Ganti acara, Bu. Tante Yani kan baik sama Lala. Masa dia dirawat di rumah sakit, Lala tidak jenguk!'1 kilah Lala.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR