"Bakat itu hanya 10 persen, yang 90 persen adalah usaha. Soal ditolak, penulis ternama pun mengalami. Dan mengarang bukanlah soal bersaing di kelas. Kita mengarang karena kita senang mengarang, karena ada sesuatu yang baik yang ingin kita sampaikan. Kita berusaha sebaik-baiknya. Soal berhasil atau tidak itu bukan urusan kita lagi. Dan kita perlu setia, tahun demi tahun terus belajar dan menulis. Dalam melakukannya kita memperoleh kepuasan batin dan karya kita boleh berguna bagi para pembaca," ibu tua itu menjelaskan.
Lala terpesona. la mendengarkan dengan penuh perhatian dan kata-kata itu seolah terus bergema.
"Nah, Lala, teruslah menulis, jangan kecewa, lalu mundur!" pesan ibu tua itu. Kemudian ia pamit dan pergi melayani pasien lain.
Baca Juga: Pernah Sakit Leher Saat Bangun Tidur? Cari Tahu Sebabnya, yuk!
Sepanjang perjalanan pulang kata-kata Ibu tua itu terus berkumandang di telinga Lala dan ia mendapat semangat baru. la tak perlu kecewa dan merasa gagal karena karyanya tidak terpilih dalam lima karya terbaik di kelas. Mengarang bukan soal bersaing, tapi ingin menyampaikan sesuatu yang baik.
Malam itu Lala kembali menulis di buku hariannya. La mencatat perjumpaannya dengan ibu tua di rumah sakit. Bahkan ia menuliskan bagaimana ibu tua yang berada di kursi roda masih mau menolong orang lain. Hati Lala tersentuh. la merasa ia sendiri kurang menolong orang lain. Selama ini ia suka malas bila diajak Ibu menjenguk orang sakit. Dan justru di rumah sakit ia mendapatkan pengalaman yang berharga.
Cerita oleh: Widya Suwarna
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR