Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini, ya?
Cerpen anak hari ini berjudul Sirkus.
Yuk, langsung saja kita baca cerpen anak hari ini!
--------------------------------------------------------------------
Baca Juga: Cerpen Anak: Surat Niken tentang Kupu-Kupu
Meski masih kecil-kecil, Ayu dan Ota termasuk cepat menangkap berita yang ada di luar. Kali ini mereka tahu bahwa akan ada pertunjukan sirkus di kota mereka. Padahal Yuni tak ingin menceritakan tentang sirkus itu kepada mereka.
Bukannya mereka akan mendesak ingin menonton, tapi adik-adiknya itu pasti akan mengangan-angankan bisa menonton sirkus itu. Dan mengangankan sesuatu yang tidak mungkin kadang-kadang menyakitkan.
"Hari ini mulai main, ya!" kata Ayu pagi-pagi, ketika baru bangun.
"Apa?" tanya Yuni.
Baca Juga: Cerpen Anak: Tiada Maaf Bagimu! Ha ha ha!
"Sirkus itu," jawab Ayu. "Kakak belum dengar?"
"Apa semua orang akan menonton?" Si bungsu yang masih tergolek di tempat tidur bertanya.
"Mungkin saja. Sirkus itu kan bagus."
"Kita juga bisa nonton, dong!" Ota dengan bersemangat bangun dari tempat tidurnya.
Baca Juga: Kembang Api Identik dengan Tahun Baru, Bagaimana Sejarah Kembang Api? #AkuBacaAkuTahu
"Tidak boleh sembarang!" tukas Ayu. "Harus beli karcis dulu. Harganya sepuluh ribu."
"Ah, tidak! Tidak sampai sepuluh ribu! Satu karcis harganya dua ribu lima ratus," Yuni membetulkan. "Tapi tetap saja harga segitu mahal bagi kita."
"Kalau uang dikumpulkan dari sekarang, mungkin kita bisa nonton?" tanya Ayu. "Katanya, sirkus itu main dua minggu."
"Coba saja Ayu dan Ota menabung!" ujar Yuni. "Kalau tidak cukup untuk menonton, uangnya bisa dibelikan yang lain."
Dalam hati kecilnya, Yuni tak yakin kedua adiknya bias menabung. Habis, uangnya dapat dari mana? Ayu, yang baru kelas satu SD, dapat uang saku lima puluh rupiah. Itu pun tiap hari dibelikan oleh-oleh sepuiang sekolah untuk Ota. Ota belum sekolah, umurnya baru tiga tahun. Karena itu ia tak diberi uang saku.
Tapi, bagaimana kalau ia sendiri yang menabung? Astaga, Yuni terkesiap! la hampir lupa, ia punya tabungan! Jumlahnya mendekati seribu, tapi kan bisa jadi banyak kalau ia berusaha mencari uang tambahan.
Baca Juga: Ingin Semakin Sehat Tahun 2020? Lakukan Perubahan Kecil Ini, yuk!
Selama ini bila ibu Yuni sedang tidak membuat dagangan, Yuni selalu diminta menunggui warung Nek Ijah. Sebagai upahnya, ia akan diberi uang seratus rupiah dan kue-kue. Yuni menolak diberi uang, ia hanya mau menerima kue atau permen untuk oleh-oleh adik-adiknya.
Yuni merencanakan sekali-sekali tak akan menolak lagi kalau diberi uang oleh Nek Ijah. Ia bahkan kemudian minta izin Ibu untuk menjaga warung Nek Ijah dari pukul enam sore sampai pukul sembilan malam.
"Warung Nek Ijah tak selalu ramai, aku bias belajar di situ," katanya kepada Ibu. Ibu setuju saja, tanpa lupa berpesan, "Tak usahlah sering-sering minta imbalan. Nek Ijah kan sudah sering memberimu macam-macam!"
Ah, rencana Yuni kan memang begitu!
Sementara itu ada pengumuman bahwa karcis sirkus bisa dibeli di sekolah. Harganya jauh lebih murah. Seribu rupiah! Nontonnya nanti bersama-sama pada hari paling akhir pertunjukan sirkus itu.
Yuni kegirangan. Pada hari kesepuluh, ia menghitung uang tabungannya. Ayu dan Ota memperhatikan. Ternyata terkumpul seribu delapan ratus lima puluh rupiah.
"Cukup untuk satu karcis."
Baca Juga: Apa Benar Air Dingin dan Air Es Berbahaya untuk Tubuh? #AkuBacaAkuTahu
Ota berujar cepat, "Kak Ayu juga punya tabungan."
Ayu mengangguk, lalu menyerahkan uang sejumlah lima ratus rupiah. "Ota tidak minta oleh-oleh, jadi uangnya bisa dikumpulkan," jelasnya.
"Cukup untuk dua karcis," kata Yuni kali ini. Tapi kemudian ia tertegun. Hanya dua karcis, sedang mereka bertiga! Ota meremas-remas tangannya, begitulah ia kalau tegang dan ketakutan. Anak kecil itu tak mampu membayangkan dirinya tidak diajak menonton.
Ayu menatap kakaknya dengan risau. Yuni menghindari tatapan itu dan kebingungan. Bagaimana pun ia harus mengambil keputusan.
Akhirnya, ketika hari itu tiba, Yuni mendandani kedua adiknya serapi mungkin. "Ayu jaga Ota baik-baik, ya!" pesan Yuni. "Ota juga tidak boleh nakal!"
Ibu menghampirinya. "Ibu tambah uangmu biar kamu juga bisa nonton," katanya setengah prihatin.
"Tak usah, Bu!" tolak Yuni halus. "Aku mau ke rumah Nek Ijah. Dia sakit."
"Nanti kamu menyesal tidak dapat nonton."
Baca Juga: Apple Mengumumkan Aplikasi Populer di iOS Tahun 2019, Apa Saja, ya?
"Tentu, Bu, kalau gara-gara kita tidak punya uang!" ujar Yuni.
"Tapi, aku kan mau merawat Nek Ijah. Dan, yang penting adik-adikku bisa menonton."
"Kamu anak yang baik!" Ibu mengelusnya.
"Ya, Kak Yuni baik, deh!" kedua adiknya berseru.
Yuni segera menggamit mereka mengajak berangkat. Di sekolah, ia menitipkan keduanya pada salah seorang teman dekatnya.
la sendiri kemudian menyelusuri jalan menuju rurnah Nek Ijah. Langkahnya ringan. Ia membayangkan Nek Ijah akan gembira menyambut kedatangannya.
Cerita oleh: Lena D.
Tonton video ini, yuk!
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR