Ketika Indonesia sudah merdeka, Pak Kulas tetap menjadi penjahit kampung. Dan setiap 17 Agustus ia memakai celana dan kemejanya yang bersaku 11. Ia juga menjadi sponsor lomba di kampung.
Pak Kulas bukan orang kaya. Tapi ia menabung setiap bulan agar bisa membelikan hadiah-hadiah untuk 17 Agustus-an. Ia selalu mengingatkan anak-anak untuk tidak tawuran.
“Yang benar saja, masak tawuran sama saudara sendiri. Memalukan. Memangnya Indonesia bisa merdeka, kalau dulu para kakek kalian tidak bersatu melawan penjajah?” begitu nasihat Pak Kulas.
Kini Pak Kulas sudah tak ada di dunia, namun kisahnya tetap hidup di antara orang-orang di kampung kami. Ia sangat bangga mempunyai bangsa yang merdeka. Perbuatan Pak Kulas menjadi teladan bagi kami.
Cerita oleh: Widya Suwarna
Baca Juga: Cara Asyik Membaca Dongeng, Bisa dari Buku Fisik dan Buku Elektronik #MendongenguntukCerdas
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR