"Ayo anak-anak, kalian Bapak antar ke sekolah pakai motor, ya? Sepedamu biar dititip di sini. Nanti pulang sekolah bisa kamu ambil!" kata Pak Umang kepadaku sambil meraih jaket di atas meja.
"Terima kasih Pak!" Tiba-tiba rasa bersalah menyesak di dada. Aku merasa malu dengan prasangka burukku selama ini.
"Maafkan kesalahanku ya," ucapku lirih sambil mengulurkan tangan pada Badai. Badai menyambutnya dengan senyum tulus. Kami bersalaman.
Baca Juga: Kumur Air Garam Bisa Redakan Sakit Tenggorokan, Bagaimana Caranya?
"Nah, begitu dong sama teman! Besok ajak kawan-kawanmu kemari. Bapak juga mau kenalan sama mereka. Sebetulnya Bapak mau mengajak kalian masuk waktu melihat kalian ngintip di pagar tiga minggu lalu.
Kebetulan waktu itu Bapak sedang menebang pohon rambutan di kebun belakang. Tapi waktu Bapak buka pintu pagar, kalian malah lari!" tukas Pak Umang panjang lebar. Ooo... pantas Pak Umang bawa golok. Rupanya ia sedang menebang pohon rambutan! Gumamku tersipu dalam hati.
“Ayo cepat, nanti kalian terlambat!" teriak Pak Umang memanasi mesin motornya. Aku tersenyum diam-diam. Hari ini aku mendapat pelajaran berharga yang tak akan terlupakan.
Rasanya ingin cepat-cepat sampai ke sekolah dan menceritakan pengalamanku barusan pada teman-teman!
Cerita oleh: Dwi Pujiastuti
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR