Saat Ini Kok Banyak Dibuat Menggunakan Bulu Angsa
Kalau dulunya kok terbuat dari bulu ayam jantan, saat ini bahan utama pembuatan kok sudah berganti, menjadi menggunakan bulu angsa.
Setiap kok terdiri dari 16 bulu angsa yang dipasang pada gabus berbentuk setengah bola yang ada di pangkalnya.
Nah, bulu angsa yang dipilih tidak bisa sembarangan, karena setiap bulu panjangnya harus berkisar antara 62 hingga 70 milimeter, dengan berat antara 4,74 sampai 5,50 gram.
Bulu angsa dipilih karena bisa memberikan daya terbang yang lebih baik pada kok, dengan kecepatan yang tinggi dan jarak yang tepat.
Baca Juga: Mendongeng dengan Boneka, Salah Satu Cara Membuat Cerita Lebih Seru #MendongenguntukCerdas
Benarkah Bulu yang Digunakan Harus Berasal dari Sayap Kiri Angsa?
Proses pembuatan kok dengan bulu angsa cukup panjang, nih, teman-teman.
Sebelum dipasang ke bola gabus, bulu angsa harus direndam lebih dulu dengan air agar lembap, karena bulu yang kering akan mudah rusak dan patah.
Tahukah kamu? Selain mengenai ukuran dan beratnya, ada ketentuan lain mengenai bulu angsa yang digunakan untuk membuat kok bulu tangkis.
Kebanyakan kok bulu tangkis hanya terbuat dari bulu di sayap kiri angsa dan bukannya bulu di sayap kanan.
Baca Juga: Lebih Sering Minum Minuman Ringan daripada Air Putih? Ini Dampak yang Bisa Terjadi
Memangnya kenapa kok harus terbuat dari bulu sayap kiri angsa saja, Bo? Apakah tidak bisa memakai bulu sayap sebelah kanan?
Ternyata ada alasan mengapa bulu angsa yang digunakan hanya berasal dari sayap sebelah kiri saja, nih.
Penggunaan bulu sayap kiri angsa ini ternyata bertujuan untuk membuat kok bergerak searah jarum jam.
Dengan gerakan searah jarum jam, maka akan memudahkan pemain bulu tangkis dalam menangkap kok dan memperkirakan arah kok.
Hal ini ternyata berkaitan dengan bentuk bulu pada sayap kiri angsa, aerodinamika, dan fisika pada olahraga.
Bertemu Karakter Favorit di Doraemon Jolly Town MARGOCITY, Apa Saja Keseruannya?
Source | : | Inverse,Badminton Famly |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR