Bobo.id - Penyakit jantung merupakan penyakit pertama yang menjadi penyebab kematian tertinggi menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Nah, salah satu penyakit jantung yang berbahaya adalah serangan jantung yang dialami seseorang.
Biasanya, serangan jantung terjadi sangat cepat, sehingga banyak orang yang mengalami serangan jantung tidak bisa diselamatkan.
Tahukah kamu? Serangan jantung ternyata dibagi menjadi beberapa jenis atau macam.
Jenis serangan jantung ini dibedakan dari penyumbatan yang terjadi pada pembuluh darah.
Cari tahu macam-macam jenis serangan jantung, yuk. Serta ketahui juga apa itu serangan jantung yang berbahaya.
Baca Juga: Serangan Jantung Sering Terjadi di Pagi Hari, Apa Penyebabnya?
Apa Itu Serangan Jantung?
Serangan jantung banyak yang terjadi secara tiba-tiba dan kebanyakan menyerang orang dewasa.
Ada penyebab umum terjadinya serangan jantung, yaitu ketika salah satu pembuluh darah mengalami penyumbatan.
Salah satu penyumbatan yang terjadi adalah karena adanya terlalu banyak lemak di pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan aliran darah ke jantung menjadi tidak lancar, nih, yang membuat jantung jadi kekurangan oksigen dan makanan.
Baca Juga: Bisa Membuat Sistem Imun Menjadi Lemah, Inilah 4 Efek Buruk Jika Sering Tidur Terlalu Malam
Akibatnya, jaringan di sekitar otot jantung menjadi rusak dan mati, sehingga tidak bisa lagi memompa darah.
Nah, hal inilah yang kemudian membuat seseorang yang terkena serangan jantung jadi tidak bisa diselamatkan.
Serangan Jantung Terdiri dari Tiga Macam
Dalam istilah medis, kondisi saat darah yang disuplai ke otot jantunga tersumbat secara tiba-tiba disebut dengan acute coronary syndrome atau sindrom koroner akut yang disingkat menjadi ACS.
ACS adalah jenis penyakit jantung yang paling umum yang menyebabkan serangan jantunag dan nyeri di dada.
Apa saja jenis serangan jantung yang bisa terjadi, ya?
Baca Juga: Anak-Anak Bisa Terkena Batu Ginjal, Bahan Alami yang Mudah Ditemui Ini Bisa Hancurkan Batu Ginjal
1. STEMI
Kepanjangan dari STEMI adalah ST-elevation myocardial infarction, atau ST-elevasi akut.
Serangan jantung jenis STEMI ini dikatakan merupakan jenis yang paling berbahaya.
Alasannya adalah karena saat seseorang mengalami STEMI, maka pembuluh darah utama akan tersumbat sepenuhnya.
Akibatnya, darah tidak bisa mengalir sama sekali ke jantung dan seluruh tubuh kita.
Hal ini menyebabkan adanya kerusakan secara bertahap pada jantung, yang akhirnya akan menghentikan fungsi jantung.
2. NSTEMI
NSTEMI adalah non ST-elevated myocardial infarction, atau infark miokard ST-elevasi, yang agak berbeda dengan STEMI.
Saat seseorang mengalami serangan jantung tipe STEMI, maka pembuluh darah utamanya akan tersumbat sepenuhnya.
Namun pada NSTEMI, sebagian besar pembuluh darah utama akan tersumbat.
Meski tidak terlalu berbahaya seperti STEMI, tapi NSTEMI juga bisa menyebabkan kerusakan permanen pada pembuluh darah.
Baca Juga: Tak Hanya Orang Tua, Tremor Juga Bisa Dialami Anak-Anak! Apakah Bisa Disembuhkan?
3. Kejang Arteri Koroner
Serangan jantung berupa kejang ini disebut juga serangan jantung diam atau nyeri dada yang tidak stabil.
Kejang arteri koroner terjadi ketika arteri atau pembuluh darah yang terhubung dengan jantung mengerut, sehingga mencegah atau membatasi aliran darah menuju jantung.
Nah, berbeda dengan STEMI dan NSTEMI, hal ini tidak menyebabkan adanya kerusakan permanen. Selain itu, gejalanya juga tidak separah serangan jantung lainnya.
Namun ketika seseorang mendapatkan serangan jantung berupa kejang arteri koroner, tetap harus berhatia-hati, nih, karena serangan jantung ini bisa meningkatkan serangan jantung yang lebih parah.
O iya, meski serangan jantung kebanyakan dialami orang dewasa, anak-anak ternyata juga bisa mengalaminya.
Inilah sebabnya, kita harus selalu menjaga pola makan sehat dan olahraga teratur untuk mengurangi risiko serangan dan penyakit jantunga lainnya.
Baca Juga: Sering Dialami Orang Dewasa, Apakah Anak-Anak Bisa Kena Serangan Jantung?
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | Medicalnewstoday,heart.org |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR