Bobo.id - Sama seperti Bumi, Matahari juga terdiri dari beberapa lapisan penyusun, teman-teman.
Lapisan penyusun ini termasuk atmosfer yang menyelubungi Matahari. Nah, atmosfer yang mengelilingi matahari ini juga terdiri dari beberapa lapisan.
Salah satu lapisan pada atmosfer adalah korona, yang merupakan bagian terluar dari atmosfer Matahari.
Wah, nama bagian ini sama seperti virus penyebab penyakit yang saat ini sedang menjadi pandemi global, COVID-19, ya?
Cari tahu apa itu lapisan korona pada matahari dan mengapa nama virus penyebab COVID-19 juga bernama corona, yuk!
Korona Merupakan Bagian Terluar dar Atmosfer Matahari
Selubung gas pada Matahari, yang merupakan atmosfer Matahari terdiri dari korona, yang merupakan bagian terluar atmosfer Matahari.
Korona pertama kali ditemukan tahun 1724 oleh seorang astronom Perancis-Italia, Giacomo F. Maraldi, yang mengatakan bahwa dirinya melihat aura dari Matahari selama gerhana matahari terjadi.
Baru kemudian di tahun 1809, istilah korona baru diusulkan oleh astronom Spanyol, Jose Joaquin de Ferrer.
Awalnya, korona diyakini sebagai bagian dari Bulan, namun dari pengamatan yang dilakukan oleh Jose Joaquin de Ferrer di New York, diketahui bahwa korona adalah bagian dari Matahari dan bukannya Bulan.
Nama korona sendiri berasal dari bahasa Latin, yang artinya mahkota. Nama ini diambil dari bahasa Yunani Kuno, yaitu korone.
Baca Juga: Ada 6 Peristiwa Gerhana Tahun Depan, Apakah Terlihat dari Indonesia?
Korona Matahari Meluas ke Ruang Angkasa
Korona yang mengelilingi Matahari tidak hanya berada di sekitar Matahari saja, nih.
Korona Matahari juga meluas sejauh jutaan kilometer ke ruang angkasa.
Meski korona Matahari menyelubungi Matahari, sebenarnya korona tidak selalu terdistribusi secara merata di seluruh permukaan Matahari, nih.
Saat Matahari berada pada periode tenang, maka korona hanya berada di daerah khatulistiwa saja, dengan daerah terdinginnya menutupi daerah kutub.
Namun saat periode aktif Matahari, korona terdistribusi secara merata di daerah khatulistiwa dan kutub.
Baca Juga: Meski Sekilas Terlihat Sama, Bintang Ternyata Punya Warna yang Berbeda
Diperlukan Alat Khusus untuk Melihat Lapisan Korona
Di antara lapisan matahari lainnya, korona sulit dilihat tanpa menggunakan alat khusus, nih, karena biasanya korona tersembunyi di balik cahaya terang dari permukaan Matahari.
Selain itu, cahaya korona juga yang paling redup, karena korona memiliki kepadatan 10 juta kali lebih padat dari permukaan matahari.
Kalau ingin melihat lapisan korona, maka kita harus menunggu hingga gerhana matahari total.
Baca Juga: Wah, Astronaut di Stasiun Ruang Angkasa Internasional Memanggang Kue Kering Pertama!
Nah, saat gerhana matahari total terjadi, Bulan akan melintas di antara Bumi dan Matahari.
Ketika peristiwa ini terjadi, maka Bulan akan menghalangi sinar Matahari yang terang dan sinar korona yang berwarna putih akan terlihat mengelilingi Matahari.
Suhu Korona Matahari Sangat Panas
Meski cahayanya lebih redup dibandingkan lapisan lainnya di Matahari, suhu korona adalah yang paling panas, nih, teman-teman.
Sebenarnya, suhu korona yang sangat tinggi ini masih menjadi misteri bagi para astronom.
Ketika kita berada di dekat api, maka kita akan merasakan suhu yang panas, namun yang terjadi pada korona justru sebaliknya, nih.
Karena hal inilah, NASA melakukan misi penelitian yang disebut IRIS, untuk menemukan mengapa korona justru ratusan kali lebih panas dari permukaan Matahari.
Baca Juga: Ada Banyak Rasi Bintang di Langit, Bagaimana Cara Menemukannya, ya? #AkuBacaAkuTahu
Hal ini diperkirakan karena adanya bahan sangat panas, yang disebut bom panas.
Bom panas ini bergerak dari inti Matahari ke korona. Nah, ketika berada di korona, bom panas tadi meledak dan melepaskan energinya sebagai panas.
Nama Virus Penyebab COVID-19 Juga Bernama Corona
Lalu mengapa virus corona yang menyebabkan COVID-19 punya nama yang sama dengan lapisan pada atmosfer Matahari, ya?
Nama corona virus ini sama seperti lapisan korona yang ada di atmosfer Matahari, yang diambil dari bahasa Latin, corona, yang artinya mahkota atau karangan bunga.
Baca Juga: Setelah Gerhana Matahari Cincin, Indonesia Kebagian Gerhana Bulan Penumbra, Apa Itu?
Nama yang berasal dari bahasa Yunani Kuno ini diberikan pada virus corona karena bentuk virus ini yang bagian pinggirnya terlihat seperti mahkota atau korona matahari.
Bentuk ini dihasilkan dari protein yang ada di permukaan virus, yang menyebabkan adanya tanduk-tanduk kecil di permukaan virus.
---
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Tonton video ini juga, yuk!
Source | : | NASA |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR