Hal ini dijelaskan pertama kali oleh pakar geologi dan seismologi dari Belgia, Thomas Lecocq.
Menurut Pak Thomas, kebisingan seismik di Brussel, Belgia menurun sekitar 30 - 50 persen sejak dilakukan penerapan social distancing.
Dengan berkurangnya tingkat kebisingan ini, Pak Thomas dan para pakar seismologi di Belgia bisa mendeteksi gempa atau kejadian seismik kecil dengan lebih tepat.
Biasanya, gempa maupun kejadian seismik ini tidak terdeteksi di stasiun-stasiun seismik tertentu saat kebisingan seismik berada di tingkat yang tinggi.
Baca Juga: Agar Tak Bosan di Rumah, 5 Aktivitas Seru Ini Bisa Dicoba untuk Isi Waktu Berkualitas
Biasanya, ketika di hari biasa, stasiun seismik yang berada di tengah kota akan terganggu karena aktivitas manusia.
Akibatnya, untuk memonitor aktivitas seismik di area Brussel, para pakar harus menggunakan pipa bawah tanah.
Sedangkan di Indonesia, hal ini membantu para pakar BMKG dalam membaca gelombang gempa.
Gelombang gempa ini akan lebih mudah terdeteksi terutama yang bersumber di dekat kota, karena akan lebih jelas terdeteksi.
Deteksi gelombang gempa ini semakin mudah dilakukan karena berkurangnya gangguan dari sekitar yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
(Penulis: Sheirine Wangsa Wibawa)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR