“Akhirnya aku kebagian juga,” gumam Chao senang. Namun, baru saja ia akan mengupas kulit jeruk, saudara kedelapannya muncul. Wajahnya tampak sedih dan hampir menangis.
“Aku tidak kebagian kue…”
Chao tidak tega melihat wajah sedih saudara kedelapannya. Maka, ia dengan berat hati memberikan jeruk itu padanya.
Tak lama kemudian, saudara-saudaranya itu berlari meninggalkannya sendirian lagi di ruang tamu itu. Chao menghembus napas agak kesal.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Jantung Hingga Sistem Saraf, Inilah 4 Manfaat Mengonsumsi Susu Kurma!
“Andai saja nasibku sepertiku Fu,” gumam Chao.
Ia memang selalu berharap ingin seperti Fu, teman bermainnya. Rumah Fu tak jauh dari rumah Chao. Fu mempunyai banyak sekali mainan, mantel bagus, sepatu, dan apa pun.
Ia juga tidak pernah berebut makanan dan kue karena ia tak punya saudara sama sekali. Fu adalah anak tunggal.
Hari demi hari pun berlalu. Chao berusaha sabar dengan nasibnya yang harus selalu mengalah.
Sampai suatu ketika, tibalah hari Festival Layangan. Di hari itu, semua laki-laki di kota Chao harus menerbangkan layang-layang untuk menghormati nenek moyang mereka.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR