Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu dongeng anak hari ini, ya?
Dongeng anak hari ini berjudul Terlalu Banyak Saudara.
Yuk, langsung saja kita baca dongeng anak hari ini!
Baca Juga: Cerita Rakyat Banten, Asal-usul Kabupaten Pandeglang #MendongenguntukCerdas
-----------------------------
Chao punya beberapa saudara laki-laki. Ia sering sekali berpikir bahwa saudara laki-lakinya terlalu banyak. Ia berpikir begitu setelah beberapa kali merasa kecewa dengan sikap ayah dan ibunya.
Kemarin, Chao ingin sekali membeli alat pancing baru. Ia sudah minta pada ayahnya. Namun, ayahnya berkata,
“Sekarang giliran saudaramu yang nomor dua yang membeli alat pancing. Alat pancingmu kan masih bagus.”
Baca Juga: Badan Lelah Padahal Tidak Kerjakan Apa-Apa? Bisa Jadi Karena Kurang Gerak! Ini Tandanya
Minggu lalu, Chao juga minta dibelikan mantel baru. Musim dingin telah tiba, ia ingin sekali memakai mantel baru ke sekolah.
Mantel lamanya memang masih bagus. Namun, Chao bosan kalau hanya punya satu mantel. Sayangnya, ibunya menggeleng dan berkata,
“Uang Ibu tidak cukup, Chao. Bulan ini, Ibu akan membelikan mantel untuk saudaramu yang ketiga. Mantelnya sudah sangat usang.”
Hmm, Chao terpaksa mengalah lagi.
Suatu hari, Chao melamun di ruang tamu. Di meja tamu, tampak ada beberapa potong oleh-oleh camilan yang tadi dibawa teman-teman ibu Chao.
Baca Juga: Inilah 5 Perpustakaan Unik di Dunia, Kamu Lebih Suka yang Mana?
Masih tersisa satu buah peach, satu kue lapis, satu kue bulan, satu kue kacang merah, dan satu mantau.
Karena tamu Ibu sudah pulang, Chao ingin sekali mencicipi salah satu makanan itu. Tangannya sudah terulur.
Namun tiba-tiba, saudara keempat, kelima, keenam dan ketujuh berlari masuk ke ruangan itu. Mereka berebutan dan masing-masing mengambil satu camilan itu. Chao lagi-lagi tidak kebagian apa pun.
Saat mundur menghindar dari keenam saudaranya, Chao melihat ada sebuah jeruk di bawah meja tamu. Chao segera memungutnya.
“Akhirnya aku kebagian juga,” gumam Chao senang. Namun, baru saja ia akan mengupas kulit jeruk, saudara kedelapannya muncul. Wajahnya tampak sedih dan hampir menangis.
“Aku tidak kebagian kue…”
Chao tidak tega melihat wajah sedih saudara kedelapannya. Maka, ia dengan berat hati memberikan jeruk itu padanya.
Tak lama kemudian, saudara-saudaranya itu berlari meninggalkannya sendirian lagi di ruang tamu itu. Chao menghembus napas agak kesal.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Jantung Hingga Sistem Saraf, Inilah 4 Manfaat Mengonsumsi Susu Kurma!
“Andai saja nasibku sepertiku Fu,” gumam Chao.
Ia memang selalu berharap ingin seperti Fu, teman bermainnya. Rumah Fu tak jauh dari rumah Chao. Fu mempunyai banyak sekali mainan, mantel bagus, sepatu, dan apa pun.
Ia juga tidak pernah berebut makanan dan kue karena ia tak punya saudara sama sekali. Fu adalah anak tunggal.
Hari demi hari pun berlalu. Chao berusaha sabar dengan nasibnya yang harus selalu mengalah.
Sampai suatu ketika, tibalah hari Festival Layangan. Di hari itu, semua laki-laki di kota Chao harus menerbangkan layang-layang untuk menghormati nenek moyang mereka.
Fu dan ayahnya berdiri di bukit dan menerbangkan dua layangan. Tak jauh dari mereka, Chao dan keluarganya juga berdiri menerbangkan layangan mereka masing-masing.
Chao melihat layang-layang keluarganya yang menari indah ke sana kemari ditiup angin. Layang-layang mereka tampak indah, bagai sekumpulan ikan warna-warni yang berenang di udara.
“Sembilan layang-layang,” gumam Chao bangga, setelah menghitung jumlah layangan milik keluarganya. Itu adalah layangan ayah Chao, layangan Chao, dan layangan ketujuh saudara Chao.
“Layangan kita lebih banyak dibanding keluarga lain di desa ini,” bisik Chao pada ayahnya.
Ayah Chao hanya tersenyum. Sementara, Chao menunduk melihat ketujuh adik-adiknya yang masih kecil.
Ia tersenyum pada adiknya satu persatu. Ia tersenyum, bagai nenek moyangnya yang tersenyum melihat mereka dari langit.
Dalam satu hari itu, Chao merasa saudaranya tidak terlalu banyak seperti yang ia pikirkan selama ini.
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Anin
Baca Juga: Peristiwa Langit Mei 2020, dari Supermoon Terakhir 2020 hingga Matahari di Atas Ka'bah yang Pertama
#MendongenguntukCerdas
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR