"Aku tak bisa," jawab si Peri. "Sayapku sobek."
"Malangnya aku!" Wonwon mengeluh sedih. "Kupikir kau tidak pergi karena ingin bercakap-cakap denganku."
"Wah, bukan!" cetus si Peri. "Aku tak berani berada di dekatmu. Aku takut disengat olehmu."
"Aku menyengatmu?" tukas Wonwon. "Oho, tidak. Aku tidak akan menyengatmu. Kau pasti mengira aku ini Tabuhan, sepupuku yang nakal itu. Ia memang sangat suka menyengat."
Baca Juga: Air Minum dalam Kemasan Ternyata Ada Beragam Jenisnya, Mana yang Sering Kamu Konsumsi?
“Maaf," kata si Peri. "Kau amat mirip dengan Tabuhan, sih. Tubuhnya yang berbulu memiliki garis-garis kuning, sama seperti tubuhmu. Kami kira kau itu mereka."
"Ngggg!" geram Wonwon, penuh kesal. "Jadi karena itulah tak ada yang mau berkawan denganku. Para peri amat takut padaku. Apakah kau pun ingin pergi?" Wonwon sangat sedih.
"Tentu tidak," sahut si Peri. "Kau telah menjelaskan siapa dirimu sebenarnya. Kini aku tak takut lagi padamu. Dan aku tak ingin kau pergi. Sebab, aku pun kesepian. Peri-peri lain tak bisa menemaniku sepanjang hari. Oh, seandainya aku dapat terbang lagi sepertimu!"
Wonwon tiba-tiba mendapat akal. "Aku akan terbang membawamu," katanya. "Naiklah ke punggungku." Peri itu sangat senang.
Penglihatan Mulai Buram? Ini 3 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Mata Minus pada Anak-Anak
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR