Bobo.id - Selama ini, kita tahu kalau hujan membawa banyak manfaat. Namun, ternyata bentuk hujan tidak hanya cair dan bening, lo!
Tak hanya itu, ada pula hujan yang dapat membahayakan kita. Apa saja, ya?
Apa Itu Hujan?
Untuk membahas jenis-jenis hujan, kita perlu tahu tentang presipitasi terlebih dahulu.
Presipitasi adalah air cair atau beku yang terbentuk di langit dan jatuh kembali ke bumi.
Nah, presipitasi inilah yang sebenarnya memiliki berbagai bentuk, seperti hujan, es, dan salju.
Baca Juga: Tidak Selalu Harus Pakai Selai, Buat Roti Tawar dengan Isian Ayam untuk Sarapan di Rumah, yuk!
Dengan adanya presipitasi, air yang sudah menguap dari bumi bisa kembali lagi ke bumi.
Presipitasi terjadi saat titik-titik air di langit sudah menjadi besar dan berat, sehingga air ini jatuh ke bumi.
Jika awan lebih dingin, seperti pada ketinggian yang lebih tinggi, tetesan air dapat membeku membentuk es.
Kristal es ini kemudian jatuh ke bumi sebagai salju, es, atau hujan bergantung pada suhu awan dan permukaan bumi.
Sebagian besar hujan sebenarnya dimulai sebagai salju yang berada di ketinggian yang sama dengan awan, lo.
Saat kepingan salju jatuh melalui udara yang lebih hangat, mereka menjadi meleleh dan menjadi tetesan hujan.
Baca Juga: Ini Dia 4 Hewan yang Sering Jadi Korban Pembalakan Liar di Indonesia
Hujan
Secara teknis, hujan ternyata bukan hanya cairan yang jatuh dari langit.
Hujan adalah tetesan air berukuran sekitar 0,5 mm atau lebih besar dari itu.
Tetesan yang lebih kecil dari setengah milimeter disebut sebagai gerimis.
Tetesan hujan terbentuk ketika titik-titik air kecil menempel dengan satu sama lain hingga membentuk tetesan yang lebih besar.
Setelah tetesan menjadi cukup besar, mereka akan turun ke bawah karena ditarik gravitasi
Di udara dengan suhu di bawah 0°C, tetesan hujan awalnya bisa berupa salju atau kristal es, tetapi meleleh saat melewati udara yang lebih hangat.
Kadang ada fenomena bernama vigra yang berarti tetesan hujan menguap bahkan saat belum mencapai tanah.
Vigra seringkali terlihat sebagai garis abu-abu yang berada di bawah awan.
Dengan begitu, tanah di bawah awan tersebut akan tetap kering.
Sebenarnya, tetesan hujan yang sangat kecil berbentuk bulatan sempurna, lo.
Tetesan hujan yang lebih besar biasanya akan menjadi makin datar.
Hujan terlihat seperti bentuk tetesan air mata karena kecepatannya saat turun dari langit.
Baca Juga: Yuk, Buat Sendiri di Rumah, Es Loli Semangka yang Segar dan Sehat
Salju
Salju sebenarnya terjadi hampir setiap kali hujan, tetapi salju sering mencair sebelum mencapai tanah.
Ada versi virga yang dihasilkan oleh salju yang disebut fallstreaks. Fallstreaks biasanya terlihat pada awan yang tinggi dan tipis.
Meskipun salju lebih mudah turun melalui udara yang tidak membeku, salju mungkin saja turun meskipun suhu udara di atas titik beku.
Ini terjadi ketika salju jatuh ke udara yang sangat kering.
Dengan udara di atas titik beku, kepingan salju sebagian mencair, tetapi karena betapa keringnya, air segera menguap.
Penguapan ini menyebabkan pendinginan tepat di sekitar kepingan salju dan memungkinkannya mencapai tanah sebagai salju.
Namun, salju yang turun seperti ini hampir tidak pernah menempel.
Salju dapat memiliki banyak bentuk, termasuk jarum tipis dan pelat datar.
Yang paling indah adalah kepingan salju tradisional, atau dendrit, yang kita lihat pada dekorasi Natal atau potongan kertas.
Setiap jenis membentuk kombinasi unik antara suhu dan kelembapan di atmosfer.
Baca Juga: Ingin Coba Buat Tom Yam Khas Thailand? Ternyata Rahasia Bumbunya Mudah Dibuat di Rumah
Hujan Beku
Hujan beku berasal dari pelet es yang terbentuk saat salju turun menjadi lapisan hangat dan mencair menjadi hujan.
Kemudian tetesan tersebut jatuh ke lapisan udara yang cukup dingin hingga dapat kembali membekukan tetesan hujan menjadi pelet.
Terkadang salju tidak sepenuhnya meleleh dan kepingan salju yang sebagian mencair membeku kembali menjadi butiran salju.
Dengan begitu, hujan ini menghasilkan lapisan es yang merata di jalan-jalan, pohon, mobil, dan saluran listrik.
Baca Juga: Lelah Setelah Beraktivitas? Lakukan Tips Pola Makan Ini agar Tubuh Kembali Berenergi
Hujan Es
Hujan es adalah bongkahan es besar yang jatuh dari badai petir besar.
Mereka dapat merusak tanaman dengan mudah hingga mendapatkan julukan "wabah putih".
Hujan es memiliki banyak lapisan seperti bawang dengan gelembung-geleumbung udara kecil yang terperangkap di dalamnya hingga berwarna putih.
Sedangkan lapisan bening hujan es terbentuk karena gelembung udara tersebut dapat lepas ketika es tersebut mencair sedikit di udara yang lebih hangat.
Ukuran hujan es memiliki banyak ukuran, mulai dari seukuran kacang polong hingga lebih besar dari jeruk bali.
Hujan es seukuran jeruk bali dapat merusak atap yang tipis, mobil hingga menyebabkan luka parah kalau tertimpuk.
Bahkan hujan es kecilnya saja, dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman dan membuat kita memar.
Baca Juga: Ini Dia 5 Cara yang Bisa Kita Lakukan Agar Rumah Kita Jadi Sehat
Hujan Asam
Curah hujan selalu berupa air tawar, meskipun air tersebut berasal dari laut. Ini karena garam laut tidak menguap bersama air.
Namun terkadang polusi di udara mencemari air yang terbentuk di awan bahkan sebelum hujan tersebut jatuh ke bumi.
Hujan yang dihasilkan dari air yang terkena polusi udara disebut hujan asam.
Hujan asam tidak membahayakan manusia secara langsung, tetapi bisa membuat danau dan sungai menjadi lebih asam.
Jika sudah terlalu asam, maka ekosistem perairan karena tumbuhan dan hewan akan rusak.
Ini karena makhluk hidup air seringkali tidak dapat beradaptasi dengan keasaman yang terus bertambah.
Wah, hujan yang banyak saja dapat menyebabkan banjir. Sekarang ada pula hujan yang memang membahayakan.
Selalu jaga diri ya, teman-teman!
Baca Juga: Meski Dipotong Bersamaan, Benarkah Kuku Jari Tangan Lebih Cepat Tumbuh Daripada Kuku Jari Kaki?
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Anindya Miriati |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR