Suatu pagi, Pikolo keluar rumah untuk mempraktekan sihirnya. Ia bertemu beberapa anak yang sedang bermain kelereng.
“Sim salabim, akakadabra!” Pikolo menyihir beberapa batu menjadi cokelat. Waaah… anak-anak itu berebut memungut cokelat dengan gembira.
Kemudian Pikolo melewati pemetang sawah. Di saung, ada suami istri petani sedang sarapan nasi dengan tempe goreng, sambal dan lalap. Pikolo merasa kasihan dan mengubah tempe itu menjadi rasa ayam goreng,
“Kok, rasa tempe ini seperti ayam goreng, ya, Bu?” Tanya si petani.
“Mungkin hatimu sedang gembira, Pak. Jadi makanan itu terasa lebih nikmat!” jawab istrinya sambil tersenyum.
Malam harinya, Pikolo merenung di tempat tidurnya. “Ternyata, jadi tukang sihir lebih menyenangkan daripada jadi tukang asah pisau!”
Baca Juga: Salah Satunya Pisang, Hindari Konsumsi 3 Buah Ini untuk Menu Buka Puasa, Terutama saat Perut Kosong
Esok harinya, Pikolo memulai lagi aksinya. Ia menyihir permen berbentuk beruang dan memberikannya pada seorang anak kecil yang menangis. Ia membuat buah-buah di kios Pak Amat menjadi segar dan menarik. Pembeli pun banyak berdatangan.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR