Lama kelamaan, semakin banyak orang yang tahu kalau Pikolo bisa sihir. Hidup Pikolo mulai tidak tenang. Pagi, siang, malam, orang-orang dating ke rumah meminta tolong. Beberapa orang meminta hal-hal yang aneh. Misalnya, yang bermata sipit minta diperbesar. Yang bermata besar minta dikecilkan. Yang pendek ingin tinggi, yang tinggi ingin dikurangi tingginya. Pikolo terpaksa menolak permintaan mereka.
Suatu hari, Pikolo tidak tahan lagi menghadapi banyak permintaan. Ia pun pergi dari rumahnya. Setelah berjalan jauh, ia beristirahat di tepi sungai. Seorang pemancing datang dan duduk di dekatnya. Mereka bercakap-cakap. Pikolo mengatakan bahwa ia sedang mencari pekerjaan.
Baca Juga: Kisah 3 Kapal Selam yang Baru Ditemukan Puluhan Tahun Setelah Hilang dan Tenggelam
“Carilah pekerjaan yang kamu sukai. Hidup kita tidak sampai 100 tahun!” nasihat si pemancing.
“Aku suka memancing dan pekerjaan ini kulakukan, walau ada orang yang mengatakan pekerjaan ini membosankan!”
“Wah, nasihatmu sangat bagus!” kata Pikolo.
Pikolo berjalan lagi. Ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Ia akan tetap menyihir, tetapi berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Jadi, tidak ada orang yang kenal padanya dan ia bisa menyihir sesuka hatinya. Kembali Pikolo menjalai hari-harinya dengan riang.
Setelah dua minggu berlalu, suatu malam, Pikolo merasa sangat kesepian.ia hanya menyaksikan wajah-wajah gambar orang yang menerima kejutan sihirnya. Tetapi mereka tidak tahu bahwa Pikolo yang melakukan sihir itu. Ia merindukan saat-saat ia jadi tukang asah pisau. Saat-saat ia saling berbagi cerita dengan ibu-ibu pelanggannya. Selama dua minggu ini, ia tidak bicara pada siapa pun. Kecuali berbasa-basi dengan orang-orang di kedai makan.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR