Bobo.id - Pada Kamis, 29 April 2021 kemarin, terjadi letusan di Kawah Sileri Dieng, teman-teman.
Letusan di Kawah Sileri Dieng ini merupakan letusan freatik.
Baca Juga: Gunung Berapi Aktif Bisa Meletus dan Erupsi, Apa Penyebabnya?
Letusan di Kawan Sileri Dieng
Kawah Sileri terletak di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Bersumber dari Kompas.com, pada pukul 18.25 WIB kemarin, kawah itu melontarkan lumpur dan batuan akibat kelebihan tekanan dan aktivitas permukaan.
Letusan atau erupsi Kawah Sileri ini melontarkan material berikut ini:
- ke arah selatan, material batuan 200 meter dan lumpur 200 meter
- ke arah timur, material batuan 200 meter dan lumpur 300 meter
- ke arah barat, material lumpur 200 meter.
Aktivitas vulkanik di kawah ini masih dipantau oleh pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Api Dieng, teman-teman.
Namun, sampai Jumat pagi, tidak ada letusan atau erupsi susulan.
PVMBG menjelaskan bahwa letusan atau erupsi di Kawah Sileri bersifat freatik dan tidak didahului kenaikan gempa-gempa vulkanik yang berarti. Ini menandakan bahwa tidak ada magma yang naik ke permukaan.
Terakhir kali, letusan atau erupsi freatik di Kawah Sileri terjadi pada 1 April 2018.
Saat ini aktivitas Gunung Dieng berada di level I atau normal, teman-teman.
Namun, masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tidak mendekati Kawah SIleri pada radius 500 meter dari bibir kawah dan tidak beraktivitas di sekitar Kawah Timbang.
Ini diperlukan untuk menghindari dampak gas-gas vulkanis yang berkonsentrasi tinggi.
Penjelasan tentang Letusan Freatik
Menurut U.S. Geological Survey, letusan atau erupsi freatik adalah letusan yang dipicu oleh uap air yang terjadi ketika air di permukaan menjadi panas karena magma, lava, atau batuan tertentu.
Material itu memiliki suhu tinggi dan bisa membuat air mendidih dan menjadi uap, hingga menghasilkan ledakan uap, air, abu, dan material lainnya.
Nah, erupsi freatik ini bisa terjadi setiap kali air dan magma mendekat.
Magma yang menyebabkan adanya letusan freatik memiliki suhu ekstrem sekitar 500 – 1170 derajat Celcius.
Panasnya magma itu menyebabkan penguapan cepat yang menghasilkan ledakan air, batu, abu, uap, dan vulkanik.
Salah satu dampak letusan freatik ini adalah bisa bertepatan dengan keluarnya gas hidrogen sulfida dan karbon dioksida.
Jika karbon dioksida ini ada dalam jumlah yang besar, ini bisa menyebabkan sesak napas, sementara hidrogen sulfida dalam jumlah banyak juga beracun.
Baca Juga: Mengenal Jenis-Jenis Letusan Gunung Api, Mulai dari Gunung Api Strato hingga Gunung Api Perisai
------
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di www.gridstore.id/
dan teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | Kompas.com,Worldatlas,U.S. Geological Survey |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR