Bobo.id - Pada minggu ketiga bulan Oktober ini akan ada puncak hujan meteor yang dapat disaksikan dari Indonesia.
Hujan meteor tersebut antara lain Epsilon Geminid dan Orinoid. Epsilon Geminid akan terjadi pada 18 hingga 19 Oktober.
Sedangkan Orinoid akan terjadi pada 21 hingga 22 Oktober.
Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan, kedua hujan meteor dapat disaksikan sejak pukul 23.00 waktu setempat.
Perbedaan Meteor Epsilon Geminid dan Orinoid
Epsilon Geminid adalah meteor yang berada di dekat bintang epsilon geminorium di konstelasi gemini.
Hujan meteor Epsilon Geminid merupakan hujan meteor yang terjadi setiap tahun dan mengesankan untuk disaksikan.
Sumber dari meteor Geminid adalah aliran puing-puing dari Komet Halley. Sedangkan Orinoid merupakan sisa debu komet dari Komet Halley.
Setiap bulan Oktober, Orinoid dihasilkan oleh Komet Halley.
Terjadinya Hujan Puncak Meteor
Epsilon Geminid aktif sejak 14-27 Oktober 2021 dengan puncak pada 19 Oktober pagi Waktu Indonesia Barat.
Sementara Orionid, aktif sejak 2 Oktober sampai 7 November 2021 dengan puncaknya pada 21 Oktober malam hari Waktu Indonesia Barat.
Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menjelaskan bahwa peristiwa langit ini dapat disaksikan mulai dari pukul 23.00 hingga 20 - 30 menit sebelum matahari terbit.
Baca Juga: Benarkah Salah Satu Komet Terbesar Sedang Menuju ke Arah Bumi? Ini Penjelasannya
Meteor Epsilon Geminid hanya sekitar 3 meteor per jam saat di zenit, sementara di Indonesia hanya dapat terlihat 2 meteor per jam.
Sedangkan untuk intensitas hujan meteor Orionid bisa mencapai 15 meteor per jam saat di zenit, dan intensitas maksimumnya mencapai 13-14 meteor per jam di Indonesia.
Hujan Meteor Epsilon Geminid memiliki kecepatan mencapai 70 kilometer per detik, atau 252.000 kilometer per jam.
Sementara itu, meteor Orionid hanya 66 kilometer per detik (237.600 km/jam).
Komet Mendekati Matahari
Komet tersebut bernama Bernardinelli-Bernstein, yang diumumkan pada Juni 2021.
Dalam The Astrophysical Journal Letters, para ilmuwan telah menuliskan informasi mengenai komet ini.
Pada 21 Januari 2031, komet itu diperkirakan berada dalam jarak sekitar satu miliar mil dari matahari, sedikit lebih jauh dari jarak rata-rata Saturnus.
Sedangkan hingga tahun 2040, komet akan mundur panjang kembali ke alam luar tata surya.
Baca Juga: 4 Rasi Bintang yang Berfungsi Sebagai Penunjuk Arah, Mulai dari Ursa Mayor hingga Scorpio
Hal ini bergantung dan sesuai pada seberapa banyak gas yang dilepaskan komet saat esnya menguap di bawah sinar matahari.
Para ilmuwan beranggapan bahwa komet ini membutuhkan jutaan tahun untuk dapat mengelilingi matahari.
Namun, untuk mengungkap misteri komet tersebut menuju ke bumi atau tidak, perlu ada penelitian kembali di tahun-tahun mendatang.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | livescience.com,National Geographic Indonesia,Kompas.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR