Bobo.id - Setiap anak adalah spesial, itulah yang diangkat dalam film 'Taare Zameen Par' yang berhasil menginspirasi banyak orang.
'Taare Zameen Par' adalah film Bollywood atau film India yang dibintangi oleh aktor kawakan Aamir Khan.
Dalam Bahasa Indonesia, Taare Zameen Par berarti Seperti Bintang-bintang di Langit. Film ini mengisahkan tentang anak laki-laki istimewa yang mengalami kelainan disleksia.
Disleksia adalah kelainan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam belajar karena ada gangguan pada otak sejak lahir.
Baca Juga: Temani Awal Tahun, Ini 3 Rekomendasi Film Animasi Anak untuk Ditonton Bersama Keluarga
Karena kelainan itu, anak laki-laki ini tak mampu membaca meskipun sudah kelas 3 SD. Akibat keadaannya, anak tersebut sering dimarahi guru dan orangtuanya karena dinilai malas belajar.
Aamir Khan sendiri yang menyutradarai dan memproduseri film ini yang tayang perdana pada tahun 2007 lalu.
Film ini ditulis oleh Amole Gupte yang bekerja sama dengan istrinya. Setelah tayang, Taare Zameen Par mendapat banyak penghargaan bergengsi, lo.
Sinopsis Cerita 'Taare Zameen Par'
Diceritakan seorang anak laki-laki yang duduk di bangku sekolah dasar bernama Ishaan Nandkishore Awasthi.
Ishaan adalah seorang anak yang tidak bisa mengikuti kegiatan di sekolahnya dengan baik.
Bahkan, Ishaan sering dicap sebagai anak yang bodoh, nakal, dan malas oleh gurunya.
Bukan hanya itu saja, Ishaan juga memiliki kesulitan dalam membaca maupun menulis, padahal semua teman-teman sekelasnya sudah pandai membaca.
Ishaan kesulitan mengenal huruf, misalnya sulit membedakan antara "d" dengan "b" atau "p".
Ishaan juga susah membedakan suku kata yang bunyinya hampir sama, misalnya "Top" dengan "Pot" atau "Ring" dengan "Sing".
Bukan hanya itu, Ishaan juga sering menulis huruf secara terbalik, sehingga membuat orang-orang yang membaca tulisannya kebingungan.
Baca Juga: Salah Satunya Menonton Film Maraton, Ini 5 Ide Kegiatan untuk Menyambut Tahun Baru
Karena kekurangan Ishaan tersebut, dia pun sering mendapat nilai yang buruk di sekolah dan tidak pernah mengerjakan PR.
AKibatnya, Ishaan menjadi langganan hukuman dati guru-guru dan kepala sekolahnya.
Namun, orang tua Ishaan tidak mengerti akan kelebihan Ishaan dan memindahkan Ishaan ke sekolah lain memiliki kurikulum lebih disiplin.
Ishaan pun yang awalnya adalah anak yang ceria, kini menjadi pemurung akibat tertekan dan jauh dari keluarganya di sekolah itu.
Walau dicap sebagai murid yang bodoh, Ishaan sangat pandai menggambar dan melukis. Bahkan buku-buku sekolahnya pun penuh dengan gambar-gambar hasil karyanya.
kelebihan Ishaan ini diketahui oleh Ram Shankar Nikumbh, guru kesenian pengganti di sekolahnya yang baru.
Guru Ram pun menemukan bahwa Ishaan memiliki kelainan disleksia. Bersama Guru Ram, Ishaan berusaha belajar sesuai dengan kesukaan dan kemampuannya.
Ishaan pun sedikit demi sedikit menjadi lebih ceria. Bahkan Ishaan berhasil menciptakan lukisan yang sangat indah di sebuah kompetisi dan membuat orang tuanya bangga.
Pesan Moral dalam 'Taare Zameen Par'
Film ini memiliki pesan moral yang sangat berharga. Film ini mengajarkan bahwa setiap anak lahir dengan istimewa dengan kelebihan masing-masing.
Anak yang tidak pandai matematika, bukan berarti dia bodoh. Begitu juga dengan anak yang tidak pandai olahraga, bukan berarti dia lemah.
Sebab, di film ini diajarkan bahwa semua anak memiliki bakat dan potensinya masing-masing. Seharusnya orang tua dan guru bisa mengenali bakat setiap anak, serta mengarahkan mereka untuk mengembangkan bakatnya.
Film ini sukses membuat jutaan penonton terharu dengan perjuangan keras Ishaan dan Guru Ram dalam menemukan kelebihan di balik kekurangan.
Film ini sangat cocok untuk ditonton karena sangat menginspirasi.
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.idfilm b dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | IMDb |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR