Menurut penelitian yang dijelaskan melalui Science Alert, orang yang lebih sering digigit nyamuk punya mikrobiota pada kulitnya.
Mikrobiota ini sebagian besar adalah bakteri dan jamur non-patogen yang hidup di pori-pori kulit dan folikel rambut.
Jamur non-patogen adalah jamur yang tidak menimbulkan penyakit pada inangnya.
Kombinasi dari bakteri dan jamur ini dapat mengeluarkan bau dalam bentuk senyawa organik yang mengundang nyamuk mendekat.
Pada kulit, mikrobiota ini bisa berjumlah ratusan spesies dan tidak mudah berpindah ke kulit orang lain.
Bau yang dihasilkan mikrobiota ini dapat dicium oleh alat pengecap yang sangat sensitif dari nyamuk betina.
Komposisi mikrobiota yang terdapat pada kulit kita dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya apa yang kita makan, atau tempat tinggal kita.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Lagi, 5 Tanaman Pengusir Nyamuk Ini Bisa Bantu Cegah Demam Berdarah
Namun, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa keadaan genetik dapat memengaruhi seberapa ramah kulit kita terhadap mikrobiota.
Lalu, benarkah keringat dapat menarik perhatian nyamuk untuk mendekati kulit kita?
Ketika kulit berkeringat, mikroba lebih mudah untuk menempel pada kulit. Nah, mikroba inilah yang akan mengundang nyamuk mendekat.
Meskipun begitu, kita masih belum tahu mengapa nyamuk lebih suka mendekati kulit yang mengandung mikroba tertentu.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR