Bu Esther dan anak-anaknya membiasakan diri mereka untuk membeli barang-barang yang awet digunakan selama bertahun-tahun.
Untuk menghindari menghasilkan sampah, Bu Esther akan berbelanja makanan mentah tanpa kemasan di swalayan khusus.
Dengan begitu, Bu Esther tidak akan membuang banyak sampah plastik dan pembungkus makanan.
Bu Esther juga membeli detergen dan sabun dalam jumlah besar di tempat grosir, lalu detergen dan sabun dipindahkan ke wadah ramah lingkungan di rumahnya agar mengurangi sampah kemasan.
Selain itu, Bu Esther lebih suka melakukan barter (tukar menukar) perabotan tua dengan orang lain. Perabotan itu nantinya akan diolah kembali menjadi perabotan baru tanpa harus dibuang.
Bu Esther juga memanfaatkan sisa dapur dan sisa makanan untuk dijadikan pupuk kompos.
Karena keluarga Bu Esther tidak suka memakai kemasan plastik dan wadah plastik, Bu Esther mengganti wadah plastik dengan wadah kaca, rotan, kayu, atau yang ramah lingkungan.
Baca Juga: Disebut Ramah Lingkungan, Benarkah Plastik Biodegradable Bisa Terurai?
Bu Esther Mengajarkan Zero Waste Anak-anaknya
Anak-anak Bu Esther yang berusia lima dan tujuh tahun pandai membuat kerajinan dari barang bekas kemasan yang memiliki nilai jual, teman-teman.
Keluarga itu juga menanam tomat, selada, brokoli, dan rempah-rempah mereka sendiri di kebun dapur, dan memiliki pohon jeruk dan mandarin di luar ruangan.
Ketika anak-anaknya masih kecil, Bu Esther akan menggunakan popok kain yang dapat digunakan ulang daripada popok sekali pakai.
Source | : | GOODNEWSNETWORK.COM |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR