Sesampainya di pasar, Bayu melihat banyak sekali orang berjualan. Ada yang berjualan sayuran, pakaian, makanan, dan mainan. Ada juga yang berjualan alat tulis. Bayu dan ibunya berjalan menuju penjual daging.
“Kita harus cermat dan hati-hati jika ingin membeli daging. Harus beli daging yang segar,” kata ibu. Namun, Bayu malah sibuk memperhatikan penjual permen gulali di ujung pasar. Bayu ingin sekali membeli permen gulali itu.
Bayu berpegangan pada tangan ibunya. Setelah membeli daging, ia dan ibunya berjalan melewati penjual sayuran. Ketika ibunya memilih sayuran, Bayu melihat penjual ikan di lapak sebelah. Ia berpikir, “Ah, aku mau lihat sebentar saja.” Bayu pun melihat ikan di dalam akuarium.
“Kamu mau beli ikan apa?” tanya penjual ikan hias.
“Oh, tidak Pak. Saya mau lihat-lihat saja,” jawab Bayu.
Penjual ikan itu pun menjelaskan jenis-jenis ikan yang ada di akuarium. Tak lama kemudian, Bayu kembali ke tempat penjual sayur untuk mencari ibunya. Namun, ibunya sudah tidak ada di sana. Bayu panik. Banyak sekali orang di sana. Ia tidak dapat menemukan ibunya. Ia pun berjalan ke tempat penjual makanan. Namun, ia tetap tidak tahu di mana ibunya.
Air mata Bayu sudah tidak terbendung. Ia diam berdiri di depan penjual mainan anak. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak terlihat wajah ibunya. Melihat Bayu menangis, penjual mainan itu menghampiri Bayu.
“Kenapa kamu menangis, Nak?” kata penjual mainan.
“Aku terpisah dengan ibuka,” jawab Bayu sambil mengusap air matanya.
“Sudah, jangan menangis. Bapak akan antarkan kamu ke pos keamanan, ya. Di sana biasanya ada pelaporan jika ada yang hilang,” kata penjual mainan.
“Iya, Pak,” jawab Bayu dengan raut wajah yang sendu.
Source | : | Erlangga |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR