Selanjutnya, Putri Mandalika menjatuhkan diri ke laut dan hanyut ditelan ombak. Melihat kejadian itu, para pangeran berusaha mencari sang putri, namun Putri Mandalika tidak ditemukan.
Setelah itu, muncullah hewan-hewan kecil yang jumlahnya sangat banyak di pantai tersebut. Binatang tersebut menyerupai cacing yang amat panjang, yang disebut nyale oleh masyarakat setempat.
Perbuatan Putri Mandalika dalam menjaga perdamaian sangat dikenang masyarakat Lombok.
Oleh karena itu dibuatlah Upacara Nyale atau Bau Nyale, yakni upacara yang dilakukan masyarakat Sasak pada Februari hingga Maret, setiap tahun.
Suku Sasak pun hingga sekarang melakukan upacara Bau Nyale pada dini hari sebelum subuh di beberapa pantai, termasuk di Pantai Kuta Lombok.
Baca Juga: Selain MotoGP, Sirkuit Mandalika Juga Disiapkan untuk Balap Mobil F1
Bau nyale adalah aktivitas masyarakat untuk menangkap cacing laut yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak (pranata mangsa) atau tepat 5 hari setelah bulan purnama.
Setelah itu, masyarakat akan merayakannya dengan mengumpulkan makanan dan jajanan bersama-sama sebagai wujud perdamaian masyarakat Lombok.
Teman-teman, itulah legenda Putri Mandalika dalam upayanya menjaga perdamaian di Lombok. Menarik sekali, ya!
Kuis! |
Putri Mandalika adalah putri raja dari kerajaan apa? |
Petunjuk: Cek halaman 2! |
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR