Artinya, setiap bahan bakar tersebut dibakar untuk menciptakan kehangatan dan menjalankan mesin, maka akan ada asap berupa karbon dioksida yang mengudara ke atmosfer.
Inilah yang disebut sebagai emisi karbon, atau gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon, seperti bahan bakar fosil.
Jika di belahan bumi lain, gas karbon dioksida tersebut bisa menyebar dan memengaruhi banyak wilayah lainnya, di Antartika berbeda.
Karena wilayah Antartika terisolasi dan terhalang oleh angin sirkumpolar, maka emisi karbon tentu saja berdampak langsung pada wilayah Antartika sendiri.
Menurut penelitian baru dari Nature Communications, karbon hitam telah memengaruhi sifat salju di Antartika dekat lalu lintas tinggi.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel salju dari 28 lokasi yang membentang dari Semenanjung Antartika hingga Antartika Barat.
Akibatnya bagi Salju Antartika
Baca Juga: Beda dari Kutub Utara, Ini Deretan Hewan yang Hidup di Kutub Selatan
Dari hasil penelitian para ilmuwan, ditemukan bahwa karbon hitam yang mengenai salju di permukiman penduduk di Semenanjung Antartika mengakibatkan salju mencair hingga 23 mm setiap musim panas.
Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata di antara tahun 2016 dan 2020, setiap pengunjung mencairkan sekitar 83 metrik ton salju yang disebabkan oleh emisi dari kapal pesiar.
Tidak terkecuali kegiatan penelitian, pencairan salju juga terjadi di stasiun penelitian ilmiah akibat pengoperasian alat dan kendaraan boros bahan bakar sepanjang tahun.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR