Bobo.id - Apakah teman-teman pernah mendengar istilah sampah antariksa?
Ya, ternyata tidak hanya di bumi saja yang terdapat sampah.
Sampah antariksa ini bisa jadi masalah penting, lo.
Masalah tentang sampah ini sudah dibahas sejak tahun 1994. Pembahasan terakhir dilakukan oleh Scientific and Technical Subcommitte PBB pada Februari 2020.
Sebenarnya, apa itu sampah antariksa? Yuk, kita cari tahu bersama.
Apa Itu Sampah Antariksa?
Sampah antariksa adalah istilah umum untuk menyebutkan satelit yang sudah tidak digunakan dan sisa peralatan buatan manusia yang berada di langit.
Tahukah teman-teman? Ternyata sampah antariksa ini bisa jadi masalah serius, lo.
Sekitar 6.500 satelit mengorbit di sekitar bumi. Namun, hanya setengahnya yang berstatus aktif.
Baca Juga: Badan Antariksa Amerika Luncurkan Teleskop Ruang Angkasa Baru, Ini Keunggulannya
Bagaimana dengan sisanya? Ya, sisanya hanya menjadi sampah antariksa.
Sampah antariksa ini merupakan dampak dari aktivitas eksplorasi di antariksa yang semakin luas.
Akibat kemajuan teknologi, kini sudah ada perusahaan swasta, seperti SpaceX dan Blue Origin.
Perusahan-perusahaan itu termasuk sangat aktif meluncurkan banyak satelit ke antariksa, lo.
Dampak Sampah Antariksa bagi Bumi
Tahukah teman-teman, tabrakan satelit yang telah terjadi berkali-kali ini menghasilkan banyak sekali debris atau sisa-sisa partikel.
NASA menyebutkan, terdapat lebih dari 23.000 debris berukuran lebih dari 10 sentimeter.
Bahkan, diperkirakan terdapat lebih dari 500 ribu debris yang berukuran lebih kecil yakni 1 sampai 10 sentimeter, lo. Banyak sekali, ya.
Data terakhir menyebutkan sampah antariksa yang berada di orbit Bumi telah mencapai lebih dari 8.000 ton kubik.
Baca Juga: Hari Ini 61 Tahun Lalu, Manusia Berhasil Menuju Ruang Angkasa Pertama Kali
Karena banyaknya tabrakan antarsatelit, orbit bumi menjadi semakin penuh dengan puing-puing.
Hal ini bisa berdampak pada kita yang tidak akan memiliki ruang untuk meluncurkan lebih banyak roket dan satelit.
Situasi seperti itu sering disebut dengan Sindrom Kessler.
Wilayah orbit yang diperkirakan akan mengalami skenario ini pertama kali adalah wilayah orbit rendah yang berada di ketinggian kurang dari 2000 km.
Tahukah teman-teman? Jika sindrom kessler sampai terjadi, aktvitas kantariksaan bisa terhenti, lo.
Satelit-satelit yang aktif bisa menjadi rusak dan tidak ada yang berani meluncurkan satelit baru karena akan bernasib sama.
Padahal, teknologi berbasis satelit banyak digunakan untuk komunikasi, navigasi, informasi cuaca, penelitian, pendidikan hingga kesehatan, lo.
Cara Membersihkan Sampah Antariksa
Beruntungnya, pesatnya perkembangan teknologi, memungkinkan banyak negara untuk mengembangkan pesawat ruang angkasa, di antaranya:
Baca Juga: Banyak yang Sering Tertukar, Apa Perbedaan Asteroid, Komet, Meteor, dan Meteoroid?
- Jepang meluncurkan electrodynamic tether (EDT). Pesawat ini memiliki ukuran sepanjang 701 meter.
Jika pesawat ini berhasil dijalankan, pesawat ini berfungsi mendorong debris keluar dari orbit Bumi dan terbakar di atmosfer yang lebih tinggi.
- Amerika Serikat meluncurkan pesawat ruang angkasa yang bernama Spinnaker3 oleh Purdue University.
Tahukah teman-teman, pesawat ini cukup menjanjikan, lo.
Hal ini karena pesawat ini tidak hanya mampu membawa debris, namun juga sampah antariksa yang berukuran sebesar roket.
Nah, itulah pengertian dan dampak sampah antariksa bagi Bumi. Semoga bermanfaat bagi teman-teman, ya.
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR