Bobo.id - Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif. Bahkan kini status keaktifannya sedang meningkat.
Sebelumnya pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan status waspada atau level II pada gunung ini.
Namun status itu ditingkatkan setelah pada Minggu (24/4/2022) sekitar pukul 18.00 WIB terlihat adanya peningkatan aktivitas berupa munculnya lava pijar.
PVMBG menyebut aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di kawasan Selat Sunda, Provinsi Lampung, masih dalam periode erupsi menerus.
Perubahan erupsi yang semula dominan abu menjadi tipe strombolian yang menghasilkan lontaran-lontaran lava pijar.
Lontaran lava pijar ini salah satunya terjadi pada tanggal 23 April 2022 sekitar pukul 12:19 WIB yang teramati mengalir dan masuk ke laut.
Selain itu, data emisi SO2 (belerang dioksida) juga menunjukkan peningkatan drastis pada 23 April 2022.
Jika pada 14 April 2022 data emisi yang terpantau satelit masih ada di angka 28,4 ton per hari, maka pada 23 April 2022 jumlahnya sudah jauh di atas itu, yakni 9.219 ton per hari.
Hal itu merupakan tanda adanya peningkatan magma baru, sehingga ada materi magmatik yang bisa keluar.
Kolom Abu Gunung Anak Krakatau
Tak hanya itu, secara visual terpantau mengeluarkan hembusan asap berwarna putih setinggi 25-3.000 meter dari puncak dengan intensitas tipis hingga tebal, selama periode 1-24 April 2022.
Kolom abu berwarna putih hingga kehitaman juga teramati selama periode tersebut dengan ketinggian mencapai 2.000 m dari puncak.
Berdasarkan pengamatan, di periode yang sama juga terekam adanya 21 gempa letusan, 155 gempa hembusan, 121 gempa low frequency, 17 gempa vulkanik dangkal, 38 gempa vulkanik dalam, dan beberapa gempa yang lain.
Peningkatan aktivitas ini membuat khawatir karena Gunung Anak Krakatau ini berada di jalur pelayaran dari Jawa menuju Sumatra.
Namun, hingga kini disebut jalur pelayaran masih terbilang aman untuk dilalui.
Meski begitu pengamatan tetap terus dilakukan bila saja terjadi aktivitas baru yang membahayakan.
Mengenal Gunung Anak Krakatau
Aktivitas dari Gunung Anak Krakatau ini memang cukup menarik banyak perhatian, karena sejarah letusan yang pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Berstatus Waspada, Gunung Anak Krakatau Tiga Kali Erupsi Abu Vulkanik Setinggi 2 Kilometer
Letusan dari gunung ini memberikan akibat yang sangat besar hingga memakan banyak korban jiwa.
Gunung Anak Krakatau pernah mengalami letusan terbesar pada tahun 1883 dengan level 6 skala Volcanic Explosivity Index (VEI).
Bahkan letusan itu disebut memiliki kekuatan 21.574 kali daya ledakan bom atom yang menyerang Hiroshima pada tahun 1945.
Dari letusan dahsyat itu ada 36.417 orang meninggal dan hilang akibat terseret arus.
Suara letusan Gunung Anak krakatau ini juga terdengar sampai ke negara tetangga seperti Singapura hingga Australia.
Letusan luar biasa itu disebut sudah dimulai dari beberapa tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1833.
Karena pengalaman letusan yang mengerikan itu, aktivitas Gunung Anak Krakatau menjadi sangat diperhatikan
Rekomendasi
Dengan meningkatnya status dari Gunung Anak Krakatau ini, pihak PVMBG mengeluarkan rekomendasi pada seluruh masyarakat, pengunjung, maupun wisatawan agar tidak mendekat dengan radius lima km dari kawah.
Baca Juga: Punya 40 Gunung Berapi Aktif dan Gletser Terbesar di Amerika Utara, Inilah Fakta Unik Alaska
Bahkan masyarakat yang tinggal di wilayah pantai baik yang ada di Provinsi Banten atau Lampung diminta untuk tetap tenang.
Berbagai aktivitas masih bisa dilakukan sesuai dengan arahan yang diberikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Nah, itu tadi penjelasan tentang meningkatnya status Gunung Anak Krakatau yang punya sejarah letusan luar biasa dahsyat beberapa tahun yang lalu.
(Penulis: Luthfia Ayu Azanella/Amirul Nisa)
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR