Bobo.id - Saat akan terjadi hujan, awan menjadi mendung, terlihat gelap, dan menakutkan. Padahal, pada waktu cuaca masih cerah, warna awan adalah putih bersih.
Namun apakah sebenarnya yang dimaksud dengan awan? Meskipun terlihat ringan, faktanya rata-rata berat awan cumulus di langit bisa mencapai 500.000 kilogram, lo!
Ini merupakan penghitungan rata-rata yang sudah dilakukan oleh para peneliti. Awan memiliki berat karena merupakan benda yang terdiri dari tetesan air.
Khusus pada awan cumulus, kerapatan air di dalamnya, yaitu 1/2 gram air per meter kubik.
Menurut Matt Soniak, ukuran tersebut kira-kira sama dengan kelereng di dalam kotak yang bisa ditempati oleh dua orang.
Nah, setelah kita mengetahui fakta bahwa awan merupakan kumpulan tetesan air atau kristal air beku, kita akan mencari tahu bagaimana awan mendung terbentuk.
Bagaimana Awan Hujan Terbentuk?
Awan pembawa hujan disebut dengan cumulus. Namun, yang lebih berbahaya disebut cumulonimbus.
Awan cumulonimbus adalah sebuah awan vertikal dengan bentuk padat. Di dalamnya terdapat badai, petir, dan cuaca buruk lainnya.
Baca Juga: Baru Tahu! Tumbuhan Juga Bisa Mendengar Suara, Bagaimana Caranya?
Awan terbentuk dari proses yang kita sebut sebagai kondensasi.
Kondensasi adalah proses perubahan air dari gas menjadi cair, atau kita kenal dengan istilah pengembunan.
Kondensasi terjadi di atmosfer ketika air telah dipengaruhi oleh perubahan suhu dan tekanan. Dengan adanya kondensasi ini, air berkumpul menjadi awan hitam penyebab terjadinya hujan.
Awan juga akan terbentuk ketika dua massa udara yang berbeda saling bertabrakan, namun tidak bisa bercampur kecuali suhu dan kadar airnya mirip.
Jika massa udara dingin dan kering mendorong massa udara hangat dan lembap, maka akan menghasilkan awan menggelembung penyebab hujan dan petir.
Namun, ketika udara hangat dapat mendorong udara yang lebih dingin, maka akan terjadi hujan gerimis atau kabut.
Nah, awan hujan terlihat berwarna abu-abu hingga kegelapan karena ketebalan atau ketinggiannya, teman-teman.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, awan terbentuk dari tetesan air. Ketika hendak terjadi hujan, tetesan air itu akan semakin rapat dan tebal.
Akibatnya, semakin banyak cahaya yang dihamburkan, sehingga cahaya yang dapat menembus tetesan air di awan ini semakin sedikit.
Baca Juga: Mengapa Kulit Jadi Gelap Bahkan Mengelupas Setelah Terkena Sinar Matahari Langsung?
Partikel di bawah awan hujan ini tidak memiliki cahaya, oleh karena itu kita melihat alas awan hujan berwarna abu-abu gelap.
Awan Senja Berwarna Jingga
Awan disebut sebagai reflektor yang baik. Artinya mereka bisa memantulkan cahaya yang muncul saat matahari terbit dan tenggelam.
Dilansir dari National Geographic Indonesia, seorang ahli meteorologi Australia, Adam Morgan mengatakan bahwa ketika terbit dan terbenam, Matahari sedang berada di posisi rendah pada cakrawala.
Ketika berada di posisi ini, sinar matahari harus melewati berlapis-lapis atmosfer untuk bisa terlihat oleh mata manusia.
Nah, pada saat sinar matahari menabrak lapisan atmosfer, cahayanya akan terhambur.
Inilah mengapa ketika sampai di mata kita, sinar matahari berwarna kejinggaan atau kuning menuju oranye.
Oleh karena itu, awan bisa merefleksikan warna jingga, merah muda, kuning, atau oranye dari sinar Matahari tersebut.
Kuis! |
Apa perbedaan proses terbentuknya awan hujan petir dan awan hujan gerimis? |
Petunjuk: Cek di halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Livescience |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR