Bobo.id - Bila teman-teman menganggap cabai rawit tidak terlalu pedas, maka perlu mencoba jenis cabai carolina reaper.
Carolina reaper adalah cabai yang dinobatkan menjadi cabai terpedas di dunia sejak tahun 2013 oleh Guinness Word Record.
Bahkan cabai ini mengalahkan rekor cabai terpedas sebelumnya yang dipegang oleh jenis cabai Trinidad Scorpion atau disebut juga Butch T.
Carolina reaper adalah jenis cabai hibrida dari Amerika Serikat yang didapat dari persilangan sembilan jenis cabai Asia dan satu cabai dari Karibia.
Dari hasil persilangan ini, cabai carolina reaper tidak disarankan untuk dipegang tanpa sarung tangan.
Bila teman-teman tertarik, pelajari dulu beberapa informasi ini, sebelum mencoba cabai yang terkenal akan kepedasannya ini.
Tingkat Kepedasan
Disebut sebagai cabai terpedas, tentu sulit untuk membayangkan tingkat kepedasannya.
Supaya mudah dipahami, tingkat kepedasan bisa diketahui dari skala Scoville Heat Unit (SHU) yang merupakan hitungan kadar capsaicin dalam suatu makanan.
Baca Juga: Bagaimana Cara Simpan Cabe agar Awet? Ternyata Rahasianya Ada di 5 Langkah Penyimpanan Ini
Cabai carolina reaper ini memiliki tingkat kepedasan yang sangat tinggi, yaitu mencapai 1,4 juta sampai 2,2 juta SHU.
Sebagai perbandingan, cabai merah besar memiliki tingkat kepedasan 5.000 - 30.000 SHU, sedangkan cabai keriting ada dikisaran 85.000 - 115.000 SHU.
Karena itu, dengan menyentuk carolina reaper teman-teman sudah bisa merasakan pedas pada tangan dan mungkin akan sulit hilang.
Ukuran dan Rasa Carolina Reaper
Jenis cabai ini memiliki ukuran lebar sekitar 2,5 sampai lima cm dan panjangnya mencapai lima sampai 7,6 cm.
Bila matang cabai ini akan memiliki warna merah cerah dengan permukaan buah yang bergelombang seperti keriput.
Bagian pangkal buah ini memiliki bentuk unik yang mirip ekor kalajengking.
Saat cabai ini dimakan, bukan hanya rasa pedas yang akan dirasakan.
Cabai ini memiliki rasa pahit dan pedas yang tajam, sehingga tidak direkomendasikan untuk memakan cabai ini secara langsung.
Umumnya cabai ini diolah menjadi saus segar dengan beberapa campuran, baru bisa dikonsumsi dengan lebih aman.
Baca Juga: Masih Banyak yang Salah, Ini 10 Buah yang Sering Disebut Sayuran! Ada Timun hingga Cabai
Rekor Makan Cabai Carolina Reaper
Walau tidak disarankan untuk dikonsumsi secara langsung, ada beberapa orang yang mencoba melakukannya untuk mendapatkan rekor dunia.
Seorang laki-laki dari California Selatan yaitu Gregory Foster berhasil memecahkan rekor dengan memakan tiga buah cabai carolina reaper dengan waktu 8,72 detik setiap gigitannya.
Rekor itu ia dapatkan dengan mengalahkan pemegang rekor sebelumnya yaitu Mike Jack warga Kanada yang memakan tiga carolina reaper dengan waktu 9,72 detik.
Efek Samping Makan Caroline Reaper
Dengan tingkat kepedasan yang tinggi, mengonsumsi carolina reaper bisa menyebabkan gangguan pencernaan hingga rasa terbakar di mulut.
Banyaknya zat capsaicin pada caroline reaper membuat zat itu akan menempel di mulut dan memberikan sensasi terbakar atau tersengat.
Bahkan zat capsaicin itu juga bisa mengiritasi area kerongkongan.
Saat memakan cabai ini, otak juga akan menerima rasa pedas sebagai rasa 'sakit' hingga tubuh memberikan respons seperti adanya racun yang masuk dalam tubuh.
Baca Juga: Pantas Cabai Jadi Mudah Layu dan Mati, Ternyata 4 Kesalahan Ini Sering Terulang
Jadi rasa mual, muntah, kram perut, hingga diare akan dialami tubuh sebagai respons akan pedasnya caroline reaper.
Itu tadi beberapa fakta tentang caroline reaper, cabai yang dinobatkan sebagai cabai terpedas di dunia.
Untuk keamanan dan kesehatan, sebaiknya teman-teman tidak mencoba cabai jenis ini, ya!
(Foto: Creative Commons/P.Podkowa)
----
Kuis! |
Kapan cabai carolina reaper menjadi cabai terpedas di dunia? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Edisi Koleksi Petualangan Pak Janggut Vol. 2 Sudah Bisa Dipesan, Ini Link PO-nya
Source | : | Kompas.com,Kontan.co.id,Sehatq.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR