Bobo.id - Teh bukan hanya menjadi minuman khas di Indonesia, tapi juga di negara lain seperti Inggris.
Di Inggris meminum teh menjadi suatu budaya yang dilaksanakan dengan tata cara khusus yang disebut dengan afternoon tea.
Kegiatan minum teh ini biasa dilakukan di sore hari sambil bersantai dan menikmati camilan.
Kebiasaan minum teh memang sudah ada sejak lama dan dipopulerkan oleh seorang Raja Charles II dan istrinya Catherine de Braganza.
Kebiasan minum teh di sore hari juga berasal dari keluarga kerajaan dan saat itu hanya dilakukan oleh kalangan tertentu saja.
Namun kini tradisi ini bisa dilakukan oleh siapa saja, bukan hanya oleh keluarga kerajaan.
Sejarah Afternoon Tea
Kebiasan minum teh sudah dilakukan keluarga Kerajaan Inggris sejak tahun 1660-an dan biasanya hanya dilakukan oleh keluarga kerajaan dan para bangsawan.
Sedangkan awal mula teradisi afternoon tea dimulai oleh seorang bangsawan kerajaan yang bergelar Duchess of Bedford, Anna Russell pada tahun 1840.
Baca Juga: Minum Teh dalam Keadaan Perut Kosong Ternyata Tak Dianjurkan, Ini 5 Risikonya untuk Tubuh
Tradisi ini muncul, berawal dari kebiasaan makan berat yang hanya dilakukan dua kali sehari oleh keluarga bangsawan.
Diluar waktu makan, itu mereka hanya mengonsumsi makanan ringan pada siang hari.
Lalu pada tahun 1840 itulah, penerangan berupa lampu minyak tanah mulai ditemukan, sehingga membuat waktu makan malam diundur menjadi lebih malam berbarengan dengan nyalanya lampu.
Waktu makan yang mundur itu membuat Anna Russell menjadi tidak senang karena harus menahan lapar lebih lama.
Hingga akhirnya ia meminta pelayan untuk menyediakan teh, roti, dan kue untuknya. Ia juga mengundang teman-temannya untuk bergabung dan menikmati camilan bersama.
Ide mengonsumsi teh dan kue pada sore hari itu pun diperkenalkan Anna Russell ke berbagai tempat yang didatangi dan mendapat sambutan baik.
Akhirnya afternoon tea menjadi sebuah kebiasaan yang sering dilakukan keluarga kerajaan.
Mereka akan menggelar acara minum teh ini di taman kelas atas yang megah saat musim panas. Pada musim dingin, acara dipindahkan ke dalam ruangan kerajaan yang hangat.
Lalu pada akhir abad ke-19, budaya ini mulai dilakukan oleh masyarakat kelas menengan dan bahkan mulai menyebar ke seluruh Inggris hingga Amerika Serikat.
Baca Juga: Enak tapi Berikan Dampak Buruk, Ini Bahaya Minum Teh Campur Susu
Pada awalnya hanya menjadi kegiatan untuk mengganjal rasa lapar, kini afternoon tea menjadi kegiatan yang dilakukan dengan banyak variasi, dari iringan musik hingga jenis hidangan yang beragam.
Tata Cara Afternoon Tea
Karena berawal dari kebudayaan kerajaan, ada tata cara khusus untuk melakukan afternoon tea, lo.
Aturan pertama dalam melakukan afternoon tea adalah mengenakan pakaian rapi yang pada tahun 1840-an harus berpakaian formal.
Lalu aturan kedua adalah teknik mengaduk teh yang arah putarannya harus dari arah jarum jam angka enam ke angka 12.
Setelah mengaduk teh, sendok yang digunakan tidak boleh ditinggalkan di dalam cangkir bagian depan karena kurang etis.
Jadi sendok harus dihadapkan belakang dan jangan sampai terkena mulut saat menikmati teh.
Saat meminum teh pun postur tubuh harus tegak dan tidak membungkuk dengan gerakan anggun.
Sedangkan untuk makanan, tidak boleh memotong scone atau roti khas Inggris menggunakan pisau atau alat lain karena dinilai menyinggung tuan rumah.
Baca Juga: Sering Minum Teh Manis Setelah Makan? Jangan Lakukan Lagi, Bisa Berbahaya bagi Tubuh
Nah, itu tadi sejarah dan tata cara melakukan afternoon tea yang merupakan budaya dari Kerajaan Inggris dan mulai dilakukan di banyak tempat.
----
Kuis! |
Siapa yang membuat kebiasaan minum teh kerajaan dilakukan? |
Petunjuk: Cek di halaman 1! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Kenapa Air Sering Tumpah saat Kita Memindahkannya dari Gelas? Ini Penjelasannya
Source | : | Kompas.com,GridKids.id |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR